Kalau kita mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘tambang’ didefinisikan sebagai lombong (cebakan, parit, lubang di dalam tanah) tempat menggali (mengambil) hasil dari dalam bumi berupa bijih logam batu bara, dan sebagainya. Sedangkan kamus Oxford, kata mine (tambang) diartikan sebagai An excavation in the earth for extracting coal or other minerals. Intinya, segala material yang berasal dari perut bumi. Lalu singkong bisa disebut hasil tambang dong, kan dari dalam perut bumi? Tentu tidak, karena berdasarkan jenisnya hasil tambang adalah sumber daya alam non hayati adalah sumber daya alam yang berupa benda mati. Sedangkan singkong adalah sumber daya alam hayati yang berasal dari makhluk hidup.
Masih ingat mata pelajaran Kimia sewaktu kita masih di bangku SMP atau SMA dulu? Masih ingatkah kita tentang Tabel Periodik Unsur Kimia? Mestinya masih dong. Tampilan unsur-unsur kimia disusun dalam bentuk tabel berdasarkan nomor atom (jumlah proton dalam inti atom), konfigurasi elektron, dan keberulangan sifat kimia. Hingga tahun 2016, terdapat 118 unsur yang telah dikonfirmasi pada tabel periodik, meliputi unsur 1 (hidrogen) hingga 112 (copernicum), 114 (flerovium), dan 116 (livermorium). Unsur 113, 115, 117, dan 118 telah dikonfirmasi secara resmi oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) pada Desember 2015, meskipun nama resminya belum diputuskan.
Sesuai dengan sifat fisika dan kimianya, unsur dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori besar yaitu logam, metaloid dan nonlogam. Logam umumnya berkilau, padatan dengan konduktivitas tinggi, dapat membentuk aloy dengan logam lainnya dan membentuk senyawa ion serupa garam dengan nonlogam (selain gas mulia). Nah, unsur logam inilah yang banyak berada di dalam perut bumi. Selain itu minyak dan gas juga termasuk dalam hasil tambang.
Sejak dahulu hasil tambang memegang peranan penting. Bahwa sejak manusia meninggalkan zaman batu dan masuk ke zaman logam, peranan hasil olah tambang semakin mendominasi segi kehidupan dan perkembangan teknologi. Manusia purba telah mampu dalam membuat alat-alat perlengkapan yang terbuat dari logam. Adapun teknik yang digunakan yaitu dengan cara meleburkan terlebih dahulu pada bijih-bijih logam yang selanjutnya akan dituang kedalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Dengan demikian, pada zaman logam ini memiliki tingkat kehidupan yang sudah lebih tinggi dibanding pada zaman batu. Zaman logam itu terbagi atas beberapa zaman yaitu zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi.
Dalam buku karya Jared Diamond berjudul Guns, Germs & Steel, menunjukkan siapa yang menguasai teknologi pemanfaatan hasil tambang secara lebih baik, ia akan menjadi pemenang. Jared Diamond menunjukkan bahwa perbedaaan kecepatan perkembangan di masing-masing benua, antar 11000 SM sampai 1500 M, mengakibatkan ketimpangan teknologi dan politik yang ada pad 1500 M. Sementara penduduk asli Australia dan banyak penduduk Amerika tetap menjadi pengumpul, sebagian besar Erasia dan banyak bagian Amerika dan Afrika sub-Sahara berangsur-angsur mengembangakan pertanian, pengembalaan, metalurgi, dan struktur politik yang lebih kompeks. Ketika kawasan Andes di Amerika Selatan baru memulai produksi masal perunggu pada saat menjelang 1500 M, di beberapa bagian Erasia telah berlangsung sejak lebih dari 4.000 tahun sebelumnya.
Dalam sejarah peradaban Indonesia, manusia purba hanya mengalami Zaman Perunggu tanpa melalui zaman tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai sekitar tahun 3000-2000 SM. Masa penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam kehidupan manusia purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, mata kapak, cangkul, pedang, dan mata tombak. Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Pentingnya sumber daya alam non hayati ini membuat bangsa Eropa berusaha untuk mencari sumber-sumber ini di negara lain. Meski awalnya lebih pada mencari sumber kekayaan alam di daerah lain agar bisa bertahan. Namun kekayaan hasil tambang yang berlimpah di daerah lain justru menarik sejumlah kerajaan dan negara untuk menguasai tempat lain dan muncullah istilah imperialisme.
Lazimnya imperialisme dibagi menjadi dua, yaitu Imperialism Kuno (Ancient Imperialism). dan Imperialism Modern (Modern Imperialism). Inti dari imperialisme kuno adalah semboyan gold, gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu negara merebut negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah kejayaannya. Imperialisme ini berlangsung sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh Spanyol dan Portugal.
Kemudian berlanjut dengan Revolusi Industri yang dimulai pada akhir abad ke-18, di mana terjadi peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara.
Revolusi industri ini menimbulkan Imperialisme Modern. Inti dari imperialisme modern ialah kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri. Industri besar-besaran (akibat revolusi industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, kemudian juga sebagai tempat penanaman modal bagi kapital surplus.
Revolusi industri pun tak akan terwujud bila tak ada teknologi pengolahan hasil tambang. Begitu hebatnya peranana tambang ini. Bahkan hingga saat ini kehidupan manusia modern masih bergantung pada hasil tambang. Tanpa kita sadari, kita bergantung pada hasil tambang untuk kehidupan sehari-hari.