Lihat ke Halaman Asli

Baca Anime

Anime Lover

Background Check dari Medsos, Yakin?

Diperbarui: 10 September 2023   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : www.youngontop.com

Dalam era digital yang sedang kita jalani, media sosial telah tumbuh menjadi komponen tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari kita. Melalui platform ini, kita dapat dengan bebas berbagi momen, menjalin komunikasi dengan rekan-rekan, bahkan membentuk reputasi daring. Namun, pertanyaan mendasar yang perlu kita pikirkan adalah sejauh mana citra yang kita curahkan di media sosial dapat memadankan diri kita yang sebenarnya? Apakah tindakan background check melalui media sosial dapat dianggap sebagai tindakan yang bermoral? Dan sejauh mana hasil dari proses ini dapat dianggap valid? Artikel ini bertujuan untuk merunut beragam sudut pandang mengenai hal ini.

Kompasianer dan Citra di Media Sosial

Banyak Kompasianer yang telah memahami betapa pentingnya menjaga citra positif mereka di dunia maya, terutama dalam konteks pengembangan karier. Saat mencari pekerjaan baru atau berusaha mempertahankan pekerjaan yang sudah ada, perusahaan-perusahaan sering kali melakukan pemeriksaan profil media sosial calon karyawan. Aktivitas serta konten yang kita unggah di platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau LinkedIn memiliki potensi besar untuk memberikan pandangan kepada perekrut tentang kepribadian, nilai-nilai, dan minat pribadi kita. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika banyak dari kita secara sadar berupaya untuk menjaga kesan yang profesional dan positif melalui media sosial ini.

Media Sosial sebagai Representasi Diri

Namun, perlu kita pertimbangkan, apakah media sosial benar-benar mampu merepresentasikan diri kita secara utuh? Ini adalah pertanyaan yang patut dipertimbangkan. Media sosial cenderung menampilkan sisi terbaik dari kehidupan kita, dengan kita seringkali berbagi momen-momen bahagia dan prestasi yang mungkin tidak mencerminkan sepenuhnya realitas kehidupan sehari-hari kita. Hal ini dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis bagi orang lain yang melihat profil kita.

Selain itu, media sosial juga sering digunakan sebagai wadah untuk menyampaikan opini atau pandangan politik, sosial, atau agama. Namun, apakah pandangan yang kita bagikan di sana selalu mencerminkan kepribadian kita secara menyeluruh? Jawabannya tidak selalu demikian. Terkadang, kita hanya menggunakan platform tersebut untuk menyuarakan pandangan-pandangan tertentu, sementara kita memiliki pemikiran yang jauh lebih nuansa dan kompleks dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa media sosial hanyalah potongan kecil dari gambaran lengkap tentang diri kita.

Background Checking Melalui Medsos

sumber gambar : cdn1-production-images-kly.akamaized.net

Adapun pertanyaan berikutnya yang perlu kita telusuri adalah apakah melakukan background checking melalui media sosial dapat dianggap sebagai tindakan yang bermoral? Ini adalah pertanyaan yang tidak dapat dijawab secara mutlak, karena etika dapat bervariasi tergantung pada konteks penggunaannya. Dalam konteks profesional, ketika kita mencari pekerjaan atau berurusan dengan pertimbangan keamanan pribadi, melakukan pengecekan latar belakang melalui media sosial bisa menjadi alat yang sangat berguna.

Namun, kita juga harus menyadari bahwa informasi yang ditemukan di media sosial mungkin tidak selalu dapat dipercaya atau lengkap. Orang sering memiliki kontrol atas apa yang mereka bagikan di platform tersebut, dan ada risiko kemungkinan adanya pemalsuan identitas atau informasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu melihat hasil dari background check melalui media sosial dengan kewaspadaan yang tinggi, serta melakukan interpretasi yang cermat. Hal ini untuk meminimalkan potensi kesalahan dalam mengambil kesimpulan tentang seseorang berdasarkan apa yang terlihat di platform media sosial mereka.

Kebiasaan Background Checking di Kehidupan Sehari-hari

Di sisi lain, terkadang kita tidak menyadari bahwa kita juga kerap melakukan background checking melalui media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, ketika kita tertarik pada seseorang atau ingin lebih memahami teman-teman baru, kita sering kali merasa perlu mencari informasi tambahan tentang mereka di media sosial. Pertanyaannya adalah, apakah tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan yang etis? Sebagian besar orang mungkin akan menganggapnya sebagai suatu hal yang wajar.

Namun, penting untuk diingat bahwa dalam konteks ini, tujuan background checking melalui media sosial biasanya adalah untuk lebih memahami seseorang atau mendapatkan gambaran lebih baik tentang mereka. Hal ini berbeda dengan pemeriksaan latar belakang yang bertujuan untuk pengambilan keputusan yang lebih serius, seperti dalam dunia profesional atau keamanan pribadi. Meskipun banyak yang menganggapnya sebagai hal yang umum dan tidak bermasalah, kita juga harus menjaga batasan etika serta privasi saat melakukan tindakan tersebut.

Menentukan Red Flag atau Green Flag

Terlebih lagi, ketika mencoba menentukan apakah seseorang dapat dianggap sebagai "red flag" atau "green flag" berdasarkan postingan media sosial mereka, kita perlu menyadari bahwa hal ini bersifat sangat subyektif. Beberapa orang mungkin akan cenderung menilai seseorang berdasarkan pandangan politik atau agama yang mereka sampaikan di platform tersebut, sementara yang lain mungkin lebih berfokus pada nilai-nilai pribadi dan perilaku online mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline