Lihat ke Halaman Asli

Giorgio Babo Moggi

TERVERIFIKASI

Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

[Sumba] Melanglang Bumi Savanah, Sasar Air Terjun Tanggedu hingga Terjebak Hujan dan Sebrangi Kali Pakai Tali

Diperbarui: 1 April 2019   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padang dan pebukitan Tanggedu, Sumba Timur, NTT (Foto: Primus Metboki)

| Mata wai amahu pada njara hamu - "Mata air emas, padang pengembalaan kuda terbaik"

 Kesan pertama dan utama tentang Pulau Sumba adalah eksotisme alam, budaya dan adat istiadat. Impresi itu menyatu di mata dan  mengendap dalam batin setiap pribadi yang pernah mengunjunginya. 

Keindahan nan eksotik ini tiada duanya. Siapa pun yang menyukai pertualangan alam, hasrat selalu membuncah untuk melanglang buana di setiap sudut Pulau Sumba.

Penulis sudah kesekian kali ke Pulau Sumba tapi dahagaku selalu tak terpuaskan. Hasrat tualang begitu kuat. Perasaan itu tak dimiliki oleh diriku sendiri. Ternyata, para sahabat seperjalanan mengalami hal serupa. 

Keindahan Sumba menghipnotis dan memiliki daya magnit yang kuat untuk memanggil siapapun yang pernah datang ke sini untuk kembali. Melanglang buana di tengah padang sabana. 

Mengunjungi kampung tradisional nan magis. Mencumbui kemolekan dan lekukan pantai-pantai yang seksi. Bersemadi alam di tengah iringan desau peopohonan dan gemericik air terjun.

Ruas jalan menuju Air Terjun Tanggedu, Sumba Timur (Foto: Primus Metboki)

Kesempatan itu digapai. Usai melakoni rangkaian tugas di Waingapu, kami menulusuri dan melintas padang sabana yang sangat indah. Bermodalkan google map dan tanya sana-sini, kami menuju salah satu satu spot wisata kebanggaan Sumba Timur, air terjun Tanggedu. Ide ini bermula dari Dewi. 

Padahal sebelum meninggalkan hotel, kami telah memantapkan tujuan ke Warinding. Padang sabana yang dikenal dengan bukit raksasa tidur itu. Namun, setelah berputar-putar di kota Waingapu pikiran pun berubah. Air terjun Tanggedu, destinasi wisata kami hari itu.

Ide Dewi diamini penulis, Kiki, Yati, Un, Primus dan Karel. Dewi sendiri begitu yakin soal jarak Waingapu-Tanggedu yang dekat. Kami berputar-putar di dalam kota hanya mau mencari jalan keluar ke Tanggedu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline