Lihat ke Halaman Asli

Giorgio Babo Moggi

TERVERIFIKASI

Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Selain Keunggulan Teknologi dan Keamanan, Ini Alasan Restoran Wajib Pertimbangkan E-Cash

Diperbarui: 9 Februari 2019   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: Tabloidbintang.com)

Era digital ada kenyataan yang sudah ada di depan mata. Maka digitalisasi di berbagai sektor bukan lagi sebuah keniscayaan. Itu nyata adanya. Dunia pun menjadi dunia baru. Dunia serba digital.

Restoran sebagai salah satu jenis bisnis (kuliner) harus sudah siap menerima dampak teknologi digital. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, para pebisnis harus beradaptasi dengan tuntutan era digital. Salah satu dampak dari penerapan teknologi digital adalah diberlakukannya uang elektronik (e-cash).

E-cash bukan lagi hal baru di dunia usaha. Saat ini hampir semua usaha atau bisnis mulai menerapkan transaksi menggunakan e-cash. Awal dari impian uang elektronik adalah penggunaan Electronic Data Interchange (EDI) dan Transfer Dana Elektronik (EFT) pada akhir 1970-an. 

Penggunaan internet memberikan dorongan yang tidak terbayangkan untuk penggunaan komputer untuk transaksi moneter. Di Amerika Serikat saat ini, 90% dari total transaksi moneter dilakukan melalui sistem pembayaran berbasis komputer. Fakta ini cukup untuk membuktikan semakin populernya e-cash daripada uang tunai (streetdirectory.com, akses 01/02/2019).

Dengan demikian, bidang usaha seperti restoran tak perlu ragu lagi menerapkan sistem pembayaran e-cash. Menurut Lavu.com (27/07/2018) mengemukan 4 alasan restoran-restoran di berbagai negara memberlakukan pembayaran atau transaksi menggunakan e-cash. Empat alasan ini bisa dijadikan alasan dan pertimbangan restoran-restoran yang ada di Indonesia untuk menerepakan transaksi e-cash.

Pertama, menolak pembayaran uang tunai menghindari resiko perampokan atau pencurian.

Bukan hal yang baru terjadi atau pun tak pernah terjadi bahwa restoran kerap menjadi sasaran perampokan dan pencurian. Insting para perampok atau pencuri begitu tajam mengendus keberadaan uang di meja kasir restoran.

Misalnya, sebuah unit usaha caf dan bar, Park Caf & Coffee Bar, di Baltimore, sering menjadi langganan para perampok. Tak hanya sekali atau dua kali, para perampok memberondong tempat usaha tersebut. Bila dihitung sudah lima kali tempat usaha ini dirampok. Berangkat dari pengalaman itu, sang pemilik membuat kebijakan untuk tidak menerima pembayaran dengan uang tunai.

Keputusan yang ditempuhnya tak mudah diterima kebanyakan pelanggannya. Tak ada pilihan lain selain cara tersebut untuk mencegah perampokan dan pencurian. Awal mulanya beberapa pelanggan pada awalnya merasa kecewa karena pihak restauran menolak uang cash, tapi kemudian mereka memahami setelah dijelaskan oleh sang pemilik. 

Restoran lain yang menjalani transisi tanpa uang tunai mengklaim bahwa bisnis tidak akan dirugikan karena lebih dari 90% penjualan mereka dibayar dengan kartu. Sementara pemilik bar tersebut sedang mempertimbangkan cara untuk mengakomodasi pelanggan tanpa kartu kredit atau debit. 

Transaksi sistim barter makanan ditukar dengan plastik sebagai pengganti uang tunai merupakan metode yang teruji dapat mengurangi tindakan kejahatan. University of Missouri melakukan riset selama kurung waktu 1990-2011, menemukan fakta bahwa transaksi tanpa uang tunai mengurangi kejahatan di seluruh negara bagian mencapai 9,2%.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline