Lihat ke Halaman Asli

Giorgio Babo Moggi

TERVERIFIKASI

Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Karena Voorijder (Polisi), Kami Bisa Lihat Jokowi Lebih Dekat

Diperbarui: 5 Agustus 2016   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana di depan Hotel Aston Kupang sesaat sebelum Jokowi meninggalkan Hotel Aston menuju Arena Pameran Harganas (Foto: Dokumen Pribadi)

Kesekian kali Jokowi ke NTT. Bahkan untuk beberapa bulan ke depan pada tahun 2016 ini, Jokowi diagendakan akan kembali ke NTT, yakni pada Hari Nusantara di Lembata dan HUT NTT yang jatuh pada bulan Desember.

Kedatangan Jokowi ke Kupang pada bulan puncak perayaan Hari Keluarga Nasional menarik perhatian masyarakat Kota Kupang. Meskipun euforia sambutan masyarakat tidak seheboh di awal-awal ia menjadi presiden, Jokowi tetaplah sosok presiden yang dirindukan masyarakat.

Paling tidak itulah yang dialami penulis pada tanggal 31 Juli 2016. Tahu Jokowi menginap di Hotel Aston, saya dan beberapa kerabat keluarga menyambangi kawasan sekitar hotel. Secara kebetulan, dalam waktu tersebut, suami dari kerabat saya meninggal. Sehingga selama beberapa hari saya menginap di rumahnya yang jaraknya hanya 20 meter dari Hotel Aston.

Sabtu pagi, saya dan beberapa kerabat ‘melarungkan’ benda-benda milik almarhum di laut. Kami melintas di samping hotel. Suasana biasa-biasa saja. Tampak sebuah kendaraan berlapis baja milik Brimobda NTT parkir di pojok jalan. Polisi, tentara dan intel tersebar di sekitar Aston.

Keberadaan mereka tidak mengusik aktivitas masyarakat di sekitarnya. Suasana seperti biasanya. Tidak ada yang menegangkan. Saya, Komang, Mama Arya, Erwin dan Bapa Komang berjalan menuju pantai tanpa beban. Kadang-kadang kami mendongak pandangan kami ke hotel berlantai belasan lantai ini. Membayangkan seolah-olah Jokowi sedang meloi (baca: memandang) kami dari ketinggian. Ada-ada saja bayangan kami pagi itu. Sekedar menghibur Mama Arya dan anak-anak  baru saja kehilangan suami tercinta.

Setelah menenami Mama Arya dan anak-anak mandi dan melarung benda-benda milik almarhum di laut, kami kembali ke rumah. Sarapan pagi. Ide pun muncul, kami semua turun kembali ke jalan guna menyaksikan Jokowi yang akan berangkat ke arena perayaan Harganas di Eltari.

Kami berdiri di pojok simpang tiga, tepatnya di depan bengkel motor Viktori. Setengah jam lebih menunggu, belum ada tanda-tanda Jokowi mau lewat. Kami memilih tetap bertahan. Tiba-tiba tiga orang polisi berlari ke arah kendaraan motor vorider yang diparkir di hadapan kami.

Seorang polisi menyapa kami dan menyarankan kami berdiri di sebelah kanan jalan raya supaya bisa lihat Jokowi lebih jelas. Katanya, mobil yang ditumpangi Jokowi ‘stir’nya berada di sebelah kanan. Tanpa berpikir panjang, dibantu petugas lalu lintas yang lain, kami menyebrangi jalan. Sempatnya juga tersebit pikiran nakal, jangan-jangan polisi ini membodohi kami. Tetapi saya langsung teringat dengan percakapan kami dengan seorang sopir tamu yang memberitahukan mobil yang ditumpangi Jokowi dibawa langsung dari Jakarta. Tipe jip. Bisa jadi stirnya memang di sebelah kanan.

Setelah menyeberangi jalan, hati kian cemas karena tanda-tanda Jokowi keluar dari hotel belum juga tampak. Memang petugas keamanan tampak sibuk mengatur lalu lintas. Saya merasa terganggu dengan kendaraan yang datang dari arah kanan saya. Agak kesal dengan petugas keamanan yang tidak menghentikan kendaraan yang lewat tersebut.

Tak lama berselang rombongan presiden keluar dari hotel. Saya hanya ingat percakapan saya dengan seseorang tadi yang menceritakan kendaraan khusus Jokowi Jeep. Saya langsung membidik sasaran kendaraan jenis ini. Ternyata benar kendaraan jenis Jeep berplat merah berjalan di belakang mobil hitam. Jokowi tampak duduk di sebelah kanan sopir. Pandangannya keluar  jendela sembari melambaikan tangan kepada penduduk yang berdiri sepanjang jalan. Kali ini Jokowi tidak menurunkan kaca jendela dan turun menyalami masyarakat. Tapi hal ini bisa dimaklumi padatnya jadwal kegiatan Jokowi, ia tidak bisa sedikit santai. Ia harus bergegas ke arena pameran Harganas dan siangnya melanjutkan penerbangan ke NTB.

Yang menarik kunjungan Jokowi kali ini, mungkin juga sebelumnya, sebagaimana yang penulis saksikan, ia menampakan diri sebagai masyarakat biasa. Sebagai pejabat tinggi negara ia dikawal oleh polisi dan tentara. Namun ketika saya memperhatikan sistem pengawalan tidak seketat pada rezim-rezim sebelumnya. Di sini, tepatnya hari itu, masyarakat melakukan aktvitas seperti biasa. Orang turun ke laut tanpa adanya larangan. Kendaraan umum dan pribadi melintasi di jalan tanpa pengalihan arah. Kecuali para penjual ikan yang di depan hotel berlibur sejenak dari aktivitas, tetapi mereka tetap duduk atau menunggu di lapak masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline