Lihat ke Halaman Asli

Giorgio Babo Moggi

TERVERIFIKASI

Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Kabut Asap atau Asap Rokok : Berbahaya Mana?

Diperbarui: 30 Oktober 2015   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

September dan Oktober puncak musim panas di Townsville. Suhu udara bisa mencapai 40-an derajat celcius. Dedaunan pohon gugur, tinggalkan pohon dan ranting-rantingnya saja. Semak belukar pun tidak mampu hidup. Bukit menjadi tandus dan gersang.

Tidak hanya Townsville. Hampir semua wilayah di Australia mengalami musim panas yang sangat ekstrim. Negara Bagian New South Wales misalnya, peristiwa kebakaran kerap menjadi bencana musiman. Tidak saja hutan yang terbakar, rumah penduduk pun kerap menjadi sasaran si jago merah.

Terkaitan dengan perubahan suhu ekstrim, saya punya pengalaman. Suatu hari, musim panas, saya baru pulang dari kampus. Saya belum sempat letakan ransel di kamar, seorang petugas lelaki datang. Ia mengamati halaman rumah dan mengajukan satu pertanyaan saja; Siapa saja yang merokok di rumah ini? Setelah Arif Supam Wijaya, teman serumah, menjawab tidak ada satu penghuni yang merokok, ia pun pergi.

Langkah sederhana yang dilakukan pria ini. Berupaya untuk meningkatkan kewaspadaan akan segala kemungkinan yang menyebabkan kebakaran. Puntung rokok merupakan hal kecil, tapi banyak kasus kebakaran dipicu oleh puntung rokok.

Saat ini, negeri kita sedang heboh dengan kabut asap. Kita ramai-ramai berbicara tentang asap. Demo, naikan hastag, dan sebagainya. Dan, pemerintah yang sedang berkuasa pun menjadi sasaran protes dan aksi. Seolah-olah kabut asap adalah dosa Jokowi. Padahal kejadian serupa terjadi pada resim kekuasaan sebelumnya.

Memang sebuah ironi bangsa kira ini. Rakyat. Terutama generasi muda. Mahasiswa. Kita protes dan melakukan hal-hal yang besar, tapi kita abaikan hal-hal kecil yang dampaknya besar.

Merokok misalnya, salah satu kontribusi terhadap polusi. Asapnya tidak sebanyak asap pembakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan. Coba kita bayangkan, jika 1 juta orang dalam waktu 1 jam masing-masing menghisap 2 batang rokok, berapakah banyak asap yang dihasilkan? Bagaimana 100 juta orang yang menghisap rokok pada jam dengan jumlah batang rokok yang sama?

[caption caption="Foto: Detik.Com"][/caption]Kabut asap di Sumatera dan dimana-dimana adalah akibat tindakan kecil yang berakibat fatal bagi banyak orang dan diri sendiri. Kesadaran kita terhadap lingkungan lemah. Mungkin ada kepedulian tapi kita anggap remeh. Kita merekok, kapan dan dimana saja. Buang puntung rokok sesuka hati.

Semoga peristiwa kabut asap di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku tidak dijadikan moment untuk ajang popularitas, saling lempar kesalahan, tuding-menunding, juga tidak mengabsahkan kabut asap sebagai. 'teguran' Tuhan. Kabut asap adalah murni kesalahan manusia. Sikap dan perilaku kita.

Jadikan momen ini untuk merefleksikan diri sekaligus untuk meningkatkan kesadaran dan kepeduliaan kita kepada lingkungan. Tanggalkan ego dan lumpuhkan keserakahan demi kepentingan yang lebih besar. Ciptakan dunia yang asri bagi segala makhluk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline