Lihat ke Halaman Asli

Babeh Helmi

TERVERIFIKASI

Seni Rupa di Kompasiana

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photobucket

Kompasiana bukan hanya menyediakan tulisan, tetapi juga ilustrasi seni rupa. Ada yang diciptakan dari olah gambar komputer, melalui software Photoshop atau Corel, atau lainnya, ada juga yang murni lukisan di media non-komputer (walau yang ditampilkan di sini hanya berupa image yang direkam menggunakan kamera ataupun scanner).

Silakan tengok.

[caption id="attachment_147810" align="alignleft" width="244" caption="Empat tokoh"][/caption]

Empat ilustrasi ini ditemukan di puisi berjudul "Sahabat Saya Bunuh Diri". Guratan ilustrasi yang menarik, tentang (arah jarum jam) Vincent Willem van Gogh, Ernest Miller Hemmingway, Adeline Virginia Woolf, dan Alfonsina Storni. Ekspresif, menurut saya. Keren.

Penulis tidak hanya mengekspresikan lewat kata-kata, tetapi juga lewat ilustrasi sederhana namun mengena. Keempat tokoh yang dikagumi oleh penyair itu, yang digambar ulang, adalah tokoh-tokoh dunia yang tragis akhir hidupnya, bunuh diri.

Di artikel lain, ada curahan puisi tentang cinta yang romantis, yang ditujukan untuk pasangannya. Duh, bacalah puisi itu. Begitu indah sapaan cinta pada istrinya, yang setiap pagi (mungkin) menyajikan secangkir kopi, yang diseduh dengan rasa cinta. Lihat ilustrasi di puisi dua bahasa, yang berjudul 'Pemabuk Kopi'.

[caption id="attachment_147811" align="aligncenter" width="288" caption="Pemabuk kopi"][/caption]

Di artikel selanjutnya, Kompasianer tersebut, yang ternyata seorang pelukis berkelas, membuat puisi 3 baris, dengan judul "Martir dan Teroris".  Di sini ditampilkan ilustrasi dari foto lukisannya di tahun 2005, yang menggambarkan 2 arit berhadapan dalam bingkai-bingkai hitam putih. Begitu simbolik penggambarannya.

[caption id="attachment_147832" align="aligncenter" width="483" caption="Terrorism and Martyrdom, oil & acrylic on canvas, 145 x 200 cm, 2005, by O.T.E"][/caption]

Lukisan tersebut adalah salah satu dari banyak karyanya di tahun 2005, yang dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta dalam acara "Alienated Life". Sepertinya menurut pengamatan saya, pelukis sedang ada dalam wacana "hidup itu adalah berupa rangkaian kotak-kotak". Hahaha, maaf kalau salah tafsir.

[caption id="attachment_147833" align="alignleft" width="258" caption="Driyakarya SJ"][/caption] Kompasianer tersebut adalah seorang guru, dan dia sangat mendalami ilmu pendidikan dan sejarahnya. Lihatlah pemikirannya dalam artikel "Awal Matinya Filsafat Pendidikan Indonesia", yang mengemukakan tidak tersentuhnya sistem pendidikan khas Indonesia, seperti Muhammadiyah, Kanisius ataupun sistem pendidikan Pesantren. Lihat apa yang diungkapkannya dalam lukisannya yang bergambar tokoh Driyakarya SJ, salah satu pemikir pendidikan yang lahir di Kaligesing, Purworejo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline