Lihat ke Halaman Asli

Babay Suhendri

Babay Suhendri adalah Wirausahawan, Pegiat Sosial dan Akademisi

Aku Mau Jadi Insinyur

Diperbarui: 11 Februari 2022   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak pihak memprediksi di tahun 2030 Indonesia mengalami bonus demografi. Namun hal tersebut terjadi lebih awal. Per September 2020 data BPS menunjukkan, jumlah penduduk usia 15-64 tahun mencapai 191 juta jiwa atau 70,72% dari total penduduk Indonesia 270,2 juta. Sementara itu generasi 'millenials' mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87 persen, fantastis!. Apa artinya?. 

Di satu sisi  bonus demografi menjadi peluang. Seperti di beberapa negara di dunia yang memiliki keterbatasan Sumber Daya  Alam (SDA), mereka justru fokus terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai sebuah keberlimpahan, menjadi 'komoditas' yang mampu mengubah perekonomian negara. Menggeser predikat negara berkembang menjadi negara maju.

Singapura, Malaysia, Jepang dan Korea Selatan misalnya, menjadikan sumber daya manusia sebagai aset yang sangat berharga atau sebuah investasi besar yang menjadi faktor utama dalam menentukan keberhasilan negara. Pengelolaan sumber daya manusia yang tepat bagi sebuah negara dan sebuah organisasi akan menjadi faktor utama dalam membawa kesuksesan yang maksimal. 

Namun bonus demografi tanpa penanganan yang baik justru akan berdampak buruk. Kelangkaan lapangan pekerjaan dan buruknya kualitas pendidikan menjadi ancaman serius terhadap meningkatnya jumlah kemiskinan. 

Persoalan yang dihadapi di kemudian hari adalah terjadinya 'Aging Population', dimana jumlah penduduk usia lanjut menjadi berlebih. Ledakan usia tua ini memiliki konsekuensi pada bidang ekonomi, politik, dan sosial. Aging population akan berdampak pada penurunan populasi usia produktif, peningkatan biaya perawatan kesehatan, peningkatan rasio ketergantungan, dan perubahan struktur ekonomi.

Peran Fakultas Teknik dalam Pembangunan

Pada akhirnya, negeri ini bertumpu pada kualitas sumber daya manusia.  Oleh karena itu, Perguruan Tinggi sebagai salah satu leading sector pada pengembangan kualitas sumber daya manusia menjadi tumpuan dalam mencetak SDM yang mumpuni. Agar negara ini dapat terus membangun, menciptakan ruang-ruang berkarya bagi anak bangsa. Ironis sekali jika "tukang" saja harus impor.

Dalam percepatan pembangunan tentu bidang teknik memiliki peran yang sangat vital. Bidang teknik memiliki peluang yang sangat luas. Mengingat pembangunan infrastruktur tak lagi bergantung kepada pengembangan fisik, namun juga pembangunan non fisik.

Artinya, tak hanya bidang yang berorientasi pada pekerjaan konstruksi atau industri namun pekerjaan non fisik atau non konstruksi seperti sistem informasi dan teknologi informasi justru menciptakan peluang-peluang baru menjadi klaster yang lebih detail.

Oleh karena itu Fakultas Teknik memiliki peran strategis dalam pembangunan. Menjadi tumpuan dalam memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang kompeten, mencetak generasi bangsa yang berjiwa teknokrat, kreator, innovator dan problem solver yang andal.

Di tengah era yang serba cepat dan persaingan yang ketat, Fakultas Teknik harus think out of the box. FT jangan lagi terjebak dengan aktivitas akademik yang mainstream. Ini adalah amanah dari kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka.

Dengan prinsip kampus merdeka kurikulum tidak lagi kaku atau terkungkung dengan format administrasi. Kurikulum berpijak terhadap relevansi pada 5 sampai 10 tahun ke depan. Untuk menyiapkan mahasiswa agar bisa  'perform' dan survive di zamannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline