Lihat ke Halaman Asli

Azzapa nf

Mahasiswi

Menelusuri Makna Idul Fitri yang Hilang: Menyelami Kembali Tradisi dan Nilai-Nilai Ramadhan di Tengah Kesibukan Menjadi Mahasiswa

Diperbarui: 18 April 2024   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Idul Fitri bukan sekedar tentang hari perayaan, pakaian baru, dan hal-hal lain yang serba baru. Meski pada dasarnya umat muslim disunnahkan untuk menggunakan pakaian baru, tetapi secara hakikat, bukan itu makna sesungguhnya dari Hari Raya Idul Fitri. Lebih dari itu, Idul Fitri dimaknai sebagai bentuk refleksi diri, bentuk rasa syukur, dan kegembiraan. 

Dalam hal ini, refleksi diri berarti setiap umat muslim dianjurkan untuk introspeksi diri dan kembali kepada fitrah Islamiyah. Setiap daerah tentu memiliki tradisi khas untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri, begitu pula dengan umat muslim di Indonesia. Kita pasti sudah sangat familiar dengan mudik, takbiran, dan lain sebagainya, Itu hanya sebagian kecil tradisi yang biasa dilakukan umat muslim di Indonesia. Ada beragam tradisi khas dengan cerita unik di baliknya.

Seperti pada beberapa daerah, sebelum memasuki bulan Ramadhan biasanya diadakan ruwahan. Istilah ruwahan diambil dari bahasa Arab, yaitu arwah yang memiliki makna roh, nyawa, atau jiwa. Ruwah juga bisa berarti sebagai arwah atau ruh orang yang sudah meninggal. 

Tradisi ini rutin diadakan setahun sekali menjelang datangnya bulan Ramadhan yang bertujuan ziarah atau ‘nyekar’ ke makam keluarga dan leluhur. Tradisi selanjutnya adalah mudik, tradisi pulang kampung yang dilakukan oleh para perantau di luar kota untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga. Dipilihnya momen Idul Fitri untuk mudik, salah satunya karena di hari tersebut menjadi hari libur nasional dan cuti bersama yang cukup panjang.

 Selanjutnya, tradisi Mengirim Parcel Lebaran. Mengirim parcel lebaran biasanya dijadikan sebagai bagian dari silaturahmi ketika berkunjung ke rumah sanak saudara atau kerabat terdekat. Biasanya, isi parcel lebaran dapat berupa kue, sirup, teh, camilan, dan makanan ataupun barang unik lainnya. 

Selain itu, ada tradisi takbir keliling Orang-orang akan berkeliling seraya mengumandangkan takbir dan menabuh bedug dengan meriah. Pawai takbiran di Indonesia bisa berbeda-beda di setiap daerah bergantung dengan tradisi yang biasa diadakan di daerah tersebut. Dan tradisi yang kerap ditunggu-tunggu adalah Membagikan THR. 

THR merupakan singkatan dari tunjangan hari raya. Namun, membagikan THR saat lebaran seringkali dimaknai sebagai pemberian uang saku atau uang hadiah untuk anak-anak kecil, baik keponakan, sepupu, kerabat, tetangga, remaja, bahkan orang dewasa muda yang belum berkeluarga.

 Dalam Ramadhan kaliini banyak yang terasa berbeda, dimana menjalani Ramadhan dan Idul Fitri ditengah kesibukan sebagai mahasiswa, Banyak tradisi yang mungkin tidak bisa dilakukan karena seiring bertambahnya usia. Terkadang, banyak orang mengatakan tidak antusias lagi untuk menyambut hari yang fitrah ini, kehilangan rasa kegembiraan yang sama seperti saat masih anak-anak. 

Faktor ini bisa dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk rutinitas sehari-hari, tekanan Pendidikan, pekerjaan, atau yang lainnya. Tetapi, dalam bentuk keadaan apapun alangkah baiknya kita selalu menyambut Ramadhan dengan kegemiraan serta rasa syukur agar dapat memaknai momentum ini dan menjalankan kewajiban-kewajiban kita di bulan yang baik ini. Juga mendapatkan segala hal baik serta kegembiraan Idul Fitri, insyaaallah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline