Larik-larik itu sudah lari dari bait-bait yang berbaris.
Bait-bait itu berjajar enam Banjar dalam satu puisi.
Setiap ejaan kata, makna sangat indah. Terjaga dalam kondisi Tawaduk dan Istikharah.
Tapi kini, puisi indah itu sudah kehilangan jati diri, ia lebih memilih bebas pergi dari sampul dan bukunya.
Ia berkeliaran ingin terbang bebas hingga menodai sayap sucinya.
Tawaduk dan Istikharah berubah menjadi Takabur..
Aku yang tak hafal Al-Fatihah, hanya murung menatap langit...
Dan trauma untuk membaca puisi...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI