Lihat ke Halaman Asli

Terkikisnya Budaya Indonesia oleh Zaman

Diperbarui: 10 Maret 2024   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 sumber gambar: Disway Jogja

Semakin kita lihat, semakin kita sadar bahwa budaya-budaya kita semakin hilang apalagi di lingkungan sosial.

Menurut Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek mencatat bahwa dari per bulan November 2022 sudah ada sebanyak 11.622 jumlah warisan budaya yang ada di Indonesia. 1.728 yang diantaranya adalah warisan budaya yang sudah mulai ditetapkan dari tingkat nasional, provinsi, kota, dan kabupaten bahkan desa juga. Dan, jumlah setiap tahunnya pasti akan mengalami perubahan mengikuti perbaruan.

Zaman sekarang juga sudah sangat jarang kita menyaksikan acara kebudayaan ataupun penerapan budaya pada kehidupan sehari-hari. Namun, apakah faktor dari terkikisnya budaya berharga kita hanya karena perkembangan zaman? Menurut saya, tidak.

Masih banyak faktor yang bisa kita tarik kesimpulan jika kita melakukan observasi. Baik karena orang-orang zaman sekarang lebih suka budaya luar negeri dan menganggap bahwa budaya sendiri kampungan. Wah, itu tidak sedikit loh orang yang berpikir seperti itu.

Perkembangan pada zaman sekarang yang dimana orang-orang lebih bersikap individualis dan menarik diri dari masyarakat juga bisa menjadi faktor budaya kita yang menghilang. Padahal sudah dari zaman dulu kala, masyarakat kita selalu bekerja sama dalam hal bermasyarakat sehingga kita memiliki namanya 'gotong royong'. Gotong royong ini juga sudah mulai menghilang juga di masyarakat. Sungguh miris.

Anak-anak juga saat saya perhatikan, mereka semua pasti selalu bermain ponsel. Entah dirumah maupun tempat lain. Padahal diumur segitu, mereka seharusnya memiliki kebebasan yang luas dan bisa mempelajari budaya Indonesia saat bermain dengan teman. Contoh permainan tradisional kita seperti angkling, bola bekel, congklak, egrang dan lain sebagainya.

Walaupun hanya sebuah permainan, hal itu juga dapat meningkatkan nilai budaya di kalangan anak-anak muda.

Penggunaan bahasa daerah juga semakin menipis. Memang masih ada juga yang menggunakan bahasa daerah sehari-hari namun hal itu mungkin kadang hanya berlaku untuk para orang tua ataupun orang-orang yang tinggal didesa yang dimana bahasa daerah masih terus digunakan untuk berkomunikasi.

Sekolah juga sudah menerapkan pembelajaran bahasa daerah agar para siswanya tidak melupakan bahasa daerah yang mereka tinggali. Namun itu juga tidak menutup kemungkinan bahwa bahasa daerah atau suku lainnya tidak diketahui para siswa. Jarang juga saya melihat acara kebudayaan yang mengangkat bahasa-bahasa daerah disetiap daerahnya di Indonesia.

Jujur saja saya juga tidak pernah mengikuti acara tersebut karena tidak ada didaerah saya ataupun memang sayanya yang tidak tahu. Tapi penyelenggaraan acara budaya juga semakin jarang saya tengok, apalagi anak-anak zaman sekarang sudah tidak tertarik akan hal tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline