Lihat ke Halaman Asli

Azzahra Revalina Pramudhita

Carpe Diem, Seize the Day

Menyelami Sastra dan Menggali Jati Diri dari Film "Dead Poets Society"

Diperbarui: 10 November 2024   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://uk.pinterest.com/rynd101/

Carpe diem, seize the day” menjadi slogan yang sangat terkenal dari film Dead Poets Society. Film ini menceritakan tentang seorang guru bahasa Inggris bernama John Keating yang memiliki cara mengajar yang unik dan kepribadiannya yang karismatik. Mr. Keating mengajarkan murid-muridnya untuk bisa berpikir kritis, melampaui setiap batasan yang ada dalam hidup, menemukan jati diri, dan juga melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Salah satu adegan paling ikonik dari film ini adalah ketika Mr. Keating berdiri di atas meja untuk menunjukkan kepada murid-muridnya betapa pentingnya melihat segala hal dari perspektif yang berbeda.

Dengan cara mengajarnya yang unik, Mr. Keating berhasil membuat murid-muridnya tertarik untuk mempelajari dan mendalami puisi. Pada salah satu scene dalam filmya, tujuh orang murid Mr. Keating pergi ke sebuah gua di malam hari untuk membaca puisi yang ada pada buku harian milik Mr. Keating, dan menamai perkumpulan mereka dengan nama Dead Poets Society. Perkumpulan itu menjadi tempat ketujuh murid tersebut untuk membaca puisi, mendiskusikan tentang literatur, dan juga mendalami keindahan sastra. Hadirnya Mr. Keating membuat mereka bisa menemukan makna dalam karya sastra.

Sumber: https://uk.pinterest.com/rynd101/

“We don’t read and write poetry because it’s cute. We read and write poetry because we are members of the human race. And the human race is filled with passion. And medicine, law, business, engineering, these are noble pursuits and necessary to sustain life. But poetry, beauty, romance, love, these are what we stay alive for.”

Kita bisa melihat juga bagaimana Mr. Keating bisa membuat murid-muridnya menemukan jati diri dan menggapai apa yang mereka inginkan. Bisa kita lihat dari karakter Neil Perry yang berbakat dalam dunia seni peran tetapi ditekan oleh ayahnya untuk masuk ke sekolah kedokteran, akhirnya berjuang untuk mengejar minatnya di dunia seni peran. Selain itu, karakter Todd Anderson yang memiliki sifat pemalu, akhirnya memiliki keberanian untuk mengekspresikan dirinya.

Adapun karakter lain seperti Knox Overstreet yang berusaha mengejar cintanya, dan Charlie Dalton yang sangat bersemangat dalam menentang otoritas sekolah yang sangat ketat, serta dengan antusias mendukung ide-ide yang dimiliki Mr. Keating. Dari karakter-karakter tersebut, kita dapat melihat bagaimana cara mengajar Mr. Keating sangat mempengaruhi kehidupan dan character development mereka.

Awalnya film ini terlihat seperti tidak memiliki konflik, namun dengan cara mengajar Mr. Keating yang menurut pihak sekolah “berbahaya”, mulai muncul beberapa konflik sehingga Mr. Keating harus menghadapi tantangan yang ada. Selain itu permasalahan internal yang ada pada setiap karakter juga memberikan perasaan yang campur aduk. Puncak masalah pada film ini terdapat pada saat di mana perkumpulan Dead Poets Society diketahui oleh pihak sekolah.

Film ini tidak hanya mengajak kita untuk menyelami dunia sastra saja. Dengan adanya karakter Mr. Keating serta cara mengajarnya yang unik, kita juga dapat belajar untuk menemukan jati diri dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan untuk mencapai apa yang kita inginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline