Lihat ke Halaman Asli

azzahranurhidayatulfitria

Mahasiswa PGSD UNNES

Drama Sebagai Sarana Membangun Ekspresi Emosional Anak Melalui Pertunjukan Singkat

Diperbarui: 2 Desember 2024   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Kegiatan di Kelas

Perkembangan sosial emosional merupakan perkembangan tingkah laku anak dalam mengontrol dan menyesuaikan diri melalui peraturan-peraturan yang ada di lingkungan dimana anak tersebut berada. Maka dari itu, anak membutuhkan kegiatan yang mengharuskan mereka berkomunikasi dengan orang lain, terutama anggota keluarga dan teman-teman di sekolah. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan sosial emosional anak. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mengembangkan sosial emosional anak yaitu dengan cara bermain peran, dimana dalam kegiatan bermain peran tersebut, anak berhubungan langsung dengan teman-temannya sesuai dengan alur cerita yang telah disiapkan oleh guru (Maghfiroh et al., 2020). Pada dasarnya metode bermain peran yaitu mendramatisasikan perilaku dan huubungannya dengan masalah sosial. Untuk itu, kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan sosial emosional anak yaitu dengan menerapkan metode bermain peran secara makro dimana anak terlibat secara langsung untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar(Marijo, 2023). Pertunjukan drama di sekolah pada dasarnya tidak hanya sekedar sebagai hiburan, akan tetapi juga menimbulkan dampak yang besar bagi perkembangan anak. Pada pertunjukan drama memberikan kesempatan untuk siswa menunjukkan perasaan emosi, mengembangkan kepercayaan diri, dan meningkatkan keterampilan sosial. Hurlock dalam (Hidayah et al., 2022) menyebutkan tiga kondisi utama yang berpengaruh dalam perkembangan sosial emosional anak yaitu : kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi keluarga. Perkembangan emosi berhubungan dengan temperamen, perasaan, reaksi, konsep diri, dan harga diri. Emosi dapat dilihat dari ekspresi dan tingkah laku seseorang terutama pada ekspresi wajah. Sosial emosional membutuhkan pemahaman mengenai peran diri sendiri mencakup apa yang terlihat dan yang tidak terlihat dalam perasaan, persepsi dan sikap. Hakikat dari bermain peran ditujukan untuk membantu anak paham akan perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sekaligus berusaha memahami perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang mendasarnya. Metode bermain peran dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mempelajari perilaku manusia. Anak bisa mencari perasaan mereka, mendalami sudut pandang dan perilaku orang lain dan belajar terlibat serta berhubungan dalam peroses pembuatan keputusan. Bermain peran memiliki banyak keuntungan karena memiliki pengaruh positif pada beberapa perkembangan anak. Bermain peran dapat meningkatkan daya khayal anak, mencari kreativitas anak, melatih motorik kasar anak untuk bergerak, melatih penghayatan anak pada peran tertentu, dan menggali perasaan anak. Pada metode bermain peran, guru bisa menggunakan sebuah kegiatan yang bisa mengembangkan sosial anak. Ekspresi emosi pada anak dapat dengan cepat berganti dari satu bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosi yang lain. Bisa saja anak dalam keadaan senang kemudian secara mendadak berubah menjadi sedih ketika ada sesuatu yang kurang menyenangkan. Begitu pula sebaliknya, jika anak sedang dalam keadaan sedih, melalui bujukan dengan sesuatu yang menyenangkan dapat berubah menjadi senang. Ekspresi emosi anak dapat dipengaruhi karena hubungannya dengan orang lain. Namun, ada masanya anak mengalami sebuah masalah yang mengaharuskan mereka menghadapi masalah tersebut sehingga anak mendapatkan berbagai perasaan emosi yang ada dalam dirinya. Biasanya anak mendapatkan emosi seperti marah, sedih, kecewa, frustasi, dan stress. Maka dari itu, orang tua maupun guru harus sigap dan bersedia menemani anak untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut. Perasaan sedih, emosi, kecewa, marah, takut, adalah hal yang wajar bagi setiap manusia. Kita dapat mengarahkan anak untuk dapat mengontrol dan meluapkan emosinya kedalam hal yang positif agar tidak didominasi hal buruk. Dalam hal ini, seni sangat dibutuhkan. Seni dapat menjadi sebuah teempat atau media untuk menyalurkan emosi. Penyaluran emosi melalui seni disebut juga dengan terapi seni aray art theraphy(Rupa et al., 2022). Dimana kita dapat menyalurkan emosi kita ke dalam berbaagai aktivitas seni, misalnya dengan bermain peran. Menurut (Novriadi et al., 2023) Terdapat beberapa tujuan dalam bermaian peran, yaitu :

 1. Ekspresi diri, dengan seni drama peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka secara bebas. Mereka bisa mengambil peran karakter, berbicara di hadapan orang lain, serta menunjukkan emosi melalui gerakan tubuh dan mimik muka. Hal tersebut dapat membantu mereka untuk lebih percaya diri dalam menyampaikan pikiran, perasaa, dan ide mereka dengan jelas. 

2. Pengembangan Komunikasi, Seni drama mengharuskan interaksi sosial dan komunikasi antar siswa. Mereka harus bekerja sama dalam kelompok, berdialog, dan berimprovisasi dalam situasi yang berbeda. Hal itu membantu peserta didik meningkatkan kemampuan komunikasi mereka, baik dalam hal bicara maupun mendengarkan. 

3. Penerimaan dan penghargaan, dalam seni drama peserta didik memiliki kesempatan untuk ikut serta dan ikut andil untuk menciptakan sebuah karya secara bersama-sama. Proses kolaborasi ini memberikan pengalaman inklusif di maan setiap individu merasa dihargai dan diterima. 

4. Mengatasi rasa takut dan rasa malu, dengan mengikuti serangkaian latihan dan permainan peran, peserta didik dapat mengatasi kecemasan, meningkatkan keberanian, dan lebih percaya diri untuk menghadapi tantangan. 

5. Membangun keterampilan sosial, seni drama melibatkan interaksi dengan orang lain, termasuk mengamati dan menanggapi reaksi orang lain. Peserta didik belajar membaca bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan sikap orang lain, yang penting dalam memahamai dan menanggapi secara efektif dalam situasi sosial. 

6. Meningkatkan rasa percaya diri, dengan adanya sebuah drama singkat, siswa memiliki kesempatan tampil di depan teman sekelas, guru, bahkan orang tua. Hal tersebut dapat memupuk rasa percaya diri mereka. 

7. Mengembangkan kerja sama tim, siswa belajar berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama, menghargai kontribusi masing-masing anggota kelompok, dan mengatasi konflik yang mungkin akan muncul. 

8. Empati dan pemahaman, dengan seni drama, peserta didik bisa memainkan peran yang berbeda-beda, termasuk karakter dan latar belakang, keyakinan, atau emosi yang berbeda. Hal tersebut dapat membantu peserta didik untuk memahami dan mengembangkan empati terhadap perspektif orang lain. 

Maka dari itu, salah satu metode yang efektif untuk mengembangkan ekspresi sosial emosional anak dengan kegiatan bermain peran. Dengan bermain peran, anak dapat berinteraksi dengan orang lain seperti teman-temannya di sekolah, dimana interaksi tersebut memiliki peran penting untuk ekspresi sosial emosional anak. Metode bermain peran ini, dapat membantu anak memahami perannya sendiri dan peran orang lain, menggali emosi, serta mempelajari perilaku sosial. Bermain peran tidak hanya meningkatkan kreativitas, empati, dan keterampilan komunikasi, tetaapi juga membantu anak menghadapi dan mengelola emosi dengan cara yang positif. Ekspresi diri, pengembangan komunikasi, penerimaan dan penghargaan, mengatasi rasa takut, keterampilan sosial, percaya diri, kerja sama dalam tim, empati dan peduli, merupakan manfaat yang dapat didapatkan dari kegiatan bermain peran. Bermain peran dapat membantu peserta didik untuk mempelajari lebih dalam mengenai dirinya sendiri, keluarga, dan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Selain itu, bermain peran juga dapat digunakan sebagai media terapi untuk menyalurkan emosi anak secara positif, sehingga membantu mereka dalam pengembangan sosial emosional secara holistik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline