Menurut Hurlock (1980: 34) Konsep diri merupakan pengertian dan harapan seseorang mengenai diri sendiri yang di cita-citakan atau yang diharapkan dan bagaimana dirinya dalam realitas yang sesungguhnya. Baik secara fisik maupun psokologis. Konsep diri individu tidaklah terbentuk sejak lahir, tetapi terbentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman belajar dari kecil hingga dewasa. Konsep diri terus berubah-ubah hingga individu berhasil mencapai yang ada dalam target kehidupannya. Melalui pengalaman hidup itulah individu dapat membentuk konsep diri baik yang positif dan negatif. Selain itu, bentuk pola asuh orang tua dan lingkungan sekitar seperti pertemanan dan keluarga juga menjadi salah satu terbentuk faktor pembentukan konsep diri pada individu. Konsep diri biasanya lebih mudah berubah pada kisaran individu remaja. Pada usia remaja pola pikir individu seringkali terpengaruh oleh keadaan sekitar sehingga dapat menyebabkan perubahan konsep diri.
Dalam hal ini, penulis sudah mewawancarai salah satu siswi kelas XII dari sekolah SMK Arrahmaniyyah Depok yang bernama Ashfia Rizky Ramadhani. Ia adalah seorang pelajar berusia 18 tahun yang tinggal di Depok. Ashfia memiliki kakak perempuan yang saat ini sedang melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Unindra. Saat ini Ashfia tinggal bersama kakak dan ibunya. Ia mengaku sebagai anak broken home setelah perceraian orang tuanya. Walaupun begitu, ia tidak merasa kesepian atas kehadiran keluarga dan teman-teman yang selalu mensupoortnya. Saat diwawancarai Ashfia merasa sangat terbuka hingga menangis. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk narasumber mengenai ke arah pengenalan konsep diri positif dan negatif menurut Hurlock. Konsep diri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Berikut hasil wawancara yang dilakukan pada hari Jum'at, 13 Desember 2024:
Konsep Diri Positif
Konsep diri positif merupakan bentuk dari penerimaan diri. Orang dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali (Wicklund dan Frey (Calhoun & Acocella, 1990). Orang dengan konsep diri posotif bersifat stabil dan bervariasi. Mereka dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Berkaitan dengan pengharapan, orang dengan konsep diri positif merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realisitis. Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan,
- Pengalaman Keberhasilan dan Kegagalan
- Pertanyaan ini dijawab dengan lugas oleh narasumber. Keberhasilan yang ia capai diusia remaja ini dengan membelikan barang-barang yang dibutuhkan oleh ibunya. Ada kebahagiaan dan kepuasan dalam dirinya dalam melakukan hal itu. Untuk kegagalan dalam hidupnya narasumber merasa belum bisa ngebahagiain ibunya. Tapi, ia tidak pesimis karena baginya diusia remaja ini memang belum waktunya untuk bisa membahagiakan ibunya. Ia selalu berusaha untuk mencapai hal tersbeut.
- Dalam wawancara Ashfia berkata "Aku udah bisa beliin barang yang mamih mau. Aku ngerasa seneng aja kalo beliin barang buat mamih. Aku beliin pake uang yang kadang suka aku simpen aku tabung. Untuk kegagalan aku sih masih sekolah yaa makanya ngerasa belum bisa bahagiain mamih aja. Tapi akum au usaha biar sukses dan bisa bikin mamih Bahagia nanti".
- Percaya Diri atas Dukungan Lingkungan Sekitar
- Narasumber mengaku lingkungan sekitarnya sangat memberikan pengaruh positif atas support yang selalu diterimanya sehingga menumbuhkan rasa percaya diri. Faktor yang sangat membangun rasa percaya diri itu adalah ibu dan neneknya. Mereka selalu menyemangati Ashfia untuk giat belajar supaya menjadi orang sukses. Nenek dari ayahnya sangat mensupport Ashfia untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Selain itu Ashfia mendapat support positif dari teman-temannya. Seperti yang tertulis di awal mengenai latar belakang keluarganya. Ashfia terkadang membagikan cerita tentang keluarganya ke teman-temannya. Respon dari teman-temannya pun sangat membuat Ashfia lebih percaya diri dan semangat dalam menjalani kehidupan.
- Dalam wawancara Ashfia berkata "Aku dapat semangat dan percaya diri dari keluarga sama teman-teman sih. Mamih dan omah selalu nyemangatin aku biar rajin belajar katanya biar jadi orang sukses. Omah juga nyuruh aku buat lanjut kuliah dan akum au. Dari temen-temen juga kalo aku cerita tentang papih selalu respon baik. Aku jadi sebel banget sama papih."
- Menjaga Hal Positif Saat Menghadapi Kritikan
- Narasumber sudah sangat memahami dirinya sendiri. Ia mengaku bukan tipe orang yang berlarut dalam omongan orang lain. Ia bukan merupakan individu yang baperan (bawa perasaan). Biasanya ia melupakan omongan-omongan orang tentang kejelekannya dengan makan seblak dan menangis. Hal itu berangsur membuat dirinya tenang. Dan itu tidak berlangsung lama.
- Dalam wawancara Ashfia mengatakan "Aku kalo ada orang ngomongin yang jelek-jelek yaa lupain aja. Dijalani seperti biasa aja. Atau kadang aku imbasin ke makan seblak, kadang juga nangis. Itu sih yang bikin aku lebih tenang. Yaa pokonya aku lupain aja lah gausah dipikirin".
- Menyelesaikan Konflik Tanpa Emosi
- Ashfia mengatakan bahwa dirinya termasuk orang yang pendiam. Ia akan memilih masalah yang akan diceritakan kepada orang lain. Ashfia mengatakan, "Aku itu kalo ada masalah suka ngejauhin orang-orang. Aku suka menyendiri terus nanti nangis. Aku juga bukan orang yang suka adu argument dan balas dendam gitu. Kayak pas masalah papih sama mamih aku cuma bisa menyendiri sambal bengong. Terus mikir, kok papih bisa jahat banget ya padahal dulu aku deket banget sama dia".
- Menerima Diri Sendiri
- Dalam proses kehidupan tidak semua orang pasti menyukai dan berpihak pada individu. Ada juga orang yang suka mengkritik dan berpendapat. Itu juga dialami oleh Ashfia sehingga ia merasa sakit hati. Terkadang di sekolahnya ada yang mengomentari dirinya, baik dari segi fisik ataupun penampilan. Ia tahu cara menyikapi hal tersebut dengan caranya sendiri. Namun dengan begitu, ada kalanya ia menangis dan merasa down. Ia mengaku bahwa kelemahannya adalah belum dapat memahami dirinya sendiri dan memahami keadaan lingkungan sekitarnya.
- Dalam wawancara Ashfia mengatakan "Kadang aku sakit hati sih di sekolah suka ada yang ngatain aku dempul. Aku ngerasa ngedown sih.. Tapi banyak juga yang berpihak ke aku, nyemangatin aku. Yaa aku cuma bisa nangis karena aku ngerasa tenang kalo nangis. Bagi aku kelemahan aku itu yaa belum bisa jadi orang yang baik dimata orang lain dan belum bisa memahami diri sendiri. Tapi, aku bakal bales omongan-omongan orang itu nanti pas aku sukses. Aku bakal berusaha aja sih buat jadi lebih baik"
- Konsep Diri Negatif
- Konsep diri negatif merupakan pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelelahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. Individu yang memandang dirinya terlalu stabil dan teratur juga disebut sebagai individu yang memiliki konsep diri negative. Mungkin hal itu karena didikan yang keras dari orang tuanya.
- Faktor Tidak Percaya Diri
- Menurut narasumber, faktor utama individu tidak percaya diri dan merasa merendahkan diri adalah faktor lingkungan. Seperti yang dialami Ashfia, ia pernah dikomentari mengenai fisik seperti: gendut, item banget. Hal tersebut terjadi pada saat ia masih duduk di sekolah dasar. Namun, ingatannya dengan kritikan tersebut tidak terlupakan. Sehingga pada saat ia dipilih untuk menjadi peserta lomba 17 Agustus ia tidak mau karena tidak ada rasa percaya diri.
- Dalam wawancara Ashfia mengatakan, "Aku pernah merasa tidak percaya diri karena dikatain fisik: gendut, dikatain item banget sihh, dikatain dempul, dikatain gapunya bapak. aku diem aja dikatain gapunya bapak soalnya emang bener. Aku pernah disuruh ikut lomba 17an sama temen2. Aku jadi gapercaya diri, akhirnya aku gajadi ikut lomba."
- Pengaruh Perlakuan Negatif dari Orang Lain Terhadap Diri Sedndiri
- Seperti yang sudah dijelaskan di atas tentang orang-orang yang tidak menyukai dan suka mengkritik Ashfia. Ia merasa sakit hati, tetapi ia sangatb optimis untuk merubah sikap dan penampilannya. Ia memang tidak membalas dengan omongan lagi, tetapi ia ingin merubah diri lebih baik supaya bisa membungkam mulut orang yang sudah menghinanya. Selain itu, ia ingin membalas sakit hati yang dirasakan ibunya dengan menunjukkan kesuksesannya nanti tanpa kasih saying dari ayahnya.
- Dalam wawancara Ashfia mengatakan, "Aku sakit hati banget sih. Kadang suka ada rasa mau nyerah aja. Tapi akum au ada usaha keras dorongan dari lingkungan untuk merubah hidup dan terus semangat supaya jadi orang sukses. Aku tuh mau buktiin omongan-omongan orang yang ngehina aku tuh nanti dengan kesuksesan aku".
- Menghadapi Situasi Sulit dalam Memandang Kemampuan Diri
- Ashfia mengatakan, "Pas permasalahan mamih sama papih itu aku kepikiran banget sih. Itu juga ngeganggu fokus belajar aku. Kejadiannya kan pas pandemi yaa, itu aku kelas 9. Lagi banyak banget ujian-ujian. Tapi aku bener-bener ga fokus buat ngerjainnya. Tapi sekarang aku udah gede yaa jadi udah ngerasa bodoamat ke papih. Aku mau fokus bahagiain mamih aja."
- Ashfia merasa pada saat ia mengalami situasi yang sulit itu akan memberikan pengaruh ke arah negatif bagi kemampuan dirinya. Jika ada masalah yang sulit menimpanya, itu sangat mengganggu fokusnya dalam menjalani aktivitas. Terutama dalam belajar.
- Merasa Gagal dan Membatasi Diri
- Ashfia mengaku pernah membatasi diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Hal itu terjadi di masa lalu saat orang tuanya melewati konflik yang sangat besar.
- Merasa Tidak Memenuhi Harapan Orang Tua
- Ashfia merasa tidak bisa memenuhi harapan ayahnya. Ia saat itu masih kecil, sebenarnya banyak keinginan ayahnya yang ingin ia capai. Tapi takdir berjalan beda denga napa yang dirancangnya. Tapi dengan begitu ia tidak mau merasa gagal lagi dengan cara ia ingisn sukses dan membahagiakan ibunya. Ia juga merestui jika ibunya menikah lagi. Ashfia masih ingin merasakan kembali kasih sayang seorang ayah. Kehadiran kakeknya sangat mengobati rasa kasih sayang itu.
Simpulan
Dari 10 pertanyaan yang diajukan penulis kepada Ashfia selaku narasumber. Dapat disimpulkan konsep diri Ashfia cenderung mengarah kepada konsep diri positif. Ashfia mampu menyebutkan kelemahan serta kelebihan yang ia miliki. Hanya saja, ia masih bimbang dalam menerima diri sendiri yang dianggapnya sebagai kelemahan dalam hidupnya. Tapi, dengan begitu ia ingin terus berusaha supaya bisa mengenal dan menerima dirinya sendiri bahkan berubah lebih baik untuk lingkungan sekitarnya
Dosen Pengampu: Ibu Maolidah, M.Psi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H