Lihat ke Halaman Asli

Suatu Sore di Bus 72

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat dalam perjalanan pulang beberapa hari yang lalu, saya 'tidak sengaja' mendengar percakapan penumpang yang duduk tepat di belakang saya. Kelihatannya status mereka sama dengan saya; mahasiswa baru.

"Gue mau ujian minggu depan dan dosennya belum ngasih kisi-kisi apapun! Mati deh gueeee!"

***

Memang, dalam sistem pendidikan Indonesia, kisi-kisi seakan sudah menjadi tradisi. Sejak SD, para pelajar Indonesia akrab dengan kata-kata tersebut. Kisi-kisi, di mata para pelajar, adalah kewajiban yang harus ditunaikan para guru mereka agar nilai mereka bagus saat ujian nanti. Padahal, yang dimaksud 'kisi-kisi' dalam kamus para guru adalah gambaran pokok-pokok materi yang akan keluar di ujian. Namun terkadang memang ada beberapa guru yang memberikan kisi-kisi secara detail, termasuk bahan-bahan apa saja yang akan diujikan dari 'kisi-kisi' resmi yang diedarkan oleh MENDIKNAS ke sekolah-sekolah. Bentuk kasih sayang dan perhatian para guru ini rupanya menumbuhkan semacam pola pikir yang salah tentang makna sebenarnya dari kisi-kisi. Pola pikir yang salah ini terus berkembang, lalu tertanam menjadi sifat dan kebiasaan -- malah terkadang, menjadi sebuah kebutuhan dalam dunia akademis.

Hal ini tentu saja tidak bisa dibiarkan terus berkembang, terutama dalam karakteristik seorang mahasiswa. Beberapa orang pernah berpendapat, karakteristik mahasiswa = karakteristik pemuda penerus bangsa.

Pertanyaannya: Generasi penerus bangsa seperti apakah yang akan muncul dari para mahasiswa yang masih mengharapkan kisi-kisi dari Dosen? :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline