Lihat ke Halaman Asli

Azwir

Travel Enthusiast

Ukur Tekanan Darah Anda Secara Akurat, Kendalikan, Hidup Lebih Lama

Diperbarui: 23 Juni 2024   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ukur Tekanan Darah Anda Secara Akurat, Kendalikan, Hidup Lebih Lama adalah tema Hari Hipertensi Sedunia Tahun 2024. Hari Hipertensi sedunia diperingati setiap tahunnya pada tanggal 17 Mei, tujuan utama dari memperingati Hari Hipertensi Sedunia adalah untuk mendidik masyarakat dan meningkatkan kesadaran Hipertensi yang juga dikenal sebagai Tekanan Darah Tinggi. Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah 140/90 mmHg (Kemenkes.RI, 2014).

Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan (Aisyiyah Nur Farida, 2012). Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama kematian prematur di dunia.

Organisasi Kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi sebesar 27%. Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk. WHO juga memperkirakan 1 di antara 5 orang perempuan di seluruh dunia memiliki hipertensi. Jumlah ini lebih besar diantara kelompok laki-laki, yaitu 1 di antara 4.

Saat ini hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia karena merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Berdasarkan survey Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8% dan meningkat sekitar 34,11% pada tahun 2018 dan Prevalensi Hipertensi untuk Provinsi Aceh sebesar 26,45%. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.

Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Hipertensi menjadi ancaman kesehatan masyarakat karena potensinya yang mampu mengakibatkan kondisi komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.

Di seluruh dunia, hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius. Disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasan penyakit yang diakibatkan sangat berbahaya seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan lain-lain, juga menimbulkan kecacatan permanen bahkan kematian mendadak.

Hipertensi pada kelompok usia produktif dapat membebani perekonomian keluarga karena membutuhkan biaya pengobatan yang mahal dan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup. Ada dua jenis hipertensi yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer (esensial) adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya secara spesifik (Peckham, 1999). Sebanyak 95 persen hipertensi di dunia adalah hipertensi primer (Simon et al., 1999).

Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang timbul sebagai gejala dari penyakit lain. Pada hipertensi sekunder, penyebabnya diketahui. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal, maupun obat-obatan. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi penyebab yang tidak dapat dikontrol (keturunan, jenis kelamin, umur), serta penyebab yang dapat dikontrol (Kebiasaan Merokok, Kurang Makan Buah dan Sayur, konsumsi garam berlebihan, berat badan berlebihan/kegemukan,kurang aktivitas fisik, mengkonsumsi alkohol, Dislipidemia, Stress). Keluhan -- keluhan pada Penderita Hipertensi antara lain: sakit kepala, gelisah, jantung berdebar debar, pusing penglihatan kabur, rasa sakit didada, mudah Lelah dll, tetapi tidak semua penderita Hipertensi mengenali ataupun merasakan keluhan maupun gejala sehingga Hipertensi sering dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (Silent Killer).

Padahal, jika hipertensi dapat dikendalikan maka risiko kematian dan kecacatan akibat penyakit jantung dan stroke dapat ditekan secara signifikan. Oleh karena itu, pencegahan, deteksi dini, pengobatan dan pengendalian hipertensi merupakan prioritas kesehatan yang penting di seluruh dunia (Gusni, 2019). Sebagian besar penduduk >18 tahun hanya kadang-kadang melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin sebesar 47%, diikuti oleh yang tidak melakukan pengukuran sebesar 41%. Sedangkan penduduk >18 tahun yang melakukan pengukuran darah secara rutin hanya sebesar 12% (Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Pengendalian Hipertensi bertujuan untuk mencegah dan menurunkan probabilitas kesakitan, komplikasi, dan kematian. Langkah ini dapat dikelompokkan menjadi pendekatan farmakologis dan non-farmakologis. Pendekatan farmakologis merupakan upaya pengobatan untuk mengontrol tekanan darah penderita hipertensi yang dapat diawali dari pelayanan kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas atau klinik. Terapi farmakologis dimulai dengan obat tunggal yang mempunyai masa kerja panjang sehingga dapat diberikan sekali sehari dan dosisnya dititrasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline