Lihat ke Halaman Asli

Azwa Safrina

mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Surabaya

Pendukung Palestina: Fanatik atau Agenda-Setting Media?

Diperbarui: 28 Oktober 2023   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mulai dari zaman manusia menginjakkan kaki di bumi hingga saat ini, jika mendengar kata 'perang' akan memunculkan beragam persepsi dan asumsi yang mengerikan. Beragam bentuk peperangan, baik yang sifatnya secara langsung/ fisik ataupun tidak langsung sama-sama memiliki dampak yang masif terhadap nyawa manusia dan keberlangsungan hidup manusia. Jika menyangkut perang hanya dua kata yang tersisa. Hidup atau mati.

Meskipun sudah mengetahui dampak yang ditimbulkan, manusia dengan segala egonya tetaplah memilih jalan peperangan. Salah satu perang yang paling melegenda sejak zaman Nabi Musa hingga saat ini, yakni perang antara bangsa Palestina dan Israel. Bahkan, perang antara keduanya kembali meletus pada bulan ini.

Kejadian bermula saat pasukan Hamas dari faksi Palestina meluncurkan serangan multi cabang secara mendadak dengan ribuan roket yang ditujukan pada wilayah Tel Aviv dan Yerussalem. Serangan tersebut terjadi pada Sabtu, 7 Oktober 2023 sekitar pukul 06.30 waktu setempat dengan pelepasan 2000 roket dan 1 rudal yang berhasil memporak-porandakan bagian pesisir Israel yang berdekatan dengan wilayah perbatasan.

Pihak Israel menjadi ngamuk dan mengirimkan serangan balasan ke Gaza melalui jet tempur Israel. Serangan dan ancaman terus berlanjut hingga Amerika Serikat dan PBB pun juga turut andil dalam penanganan dan pengawasan konflik tersebut. Peperangan ini juga memunculkan banyak aksi demonstrasi akan dukungan dari salah satu pihak, penggalangan dana bantuan untuk korban perang, hingga berbagai kompromi dan diskusi pada tingkat internasional dilakukan oleh berbagai negara terkait.

Memang perang kedua bangsa ini bukan pertama kalinya terjadi. Namun, setiap kali bentrokan senjata itu meletus selalu menimbulkan beragam argumen dan perdebatan hampir di seluruh negara di dunia. Salah satu contohnya Indonesia sebagai negara yang selalu angkat bicara setiap kali perseteruan tersebut terjadi. Meskipun pemerintah Indonesia sudah berulang kali menegaskan bahwa tidak akan memihak siapapun, tetapi jika kita lihat dari kondisi sosial masyarakat Indonesia selalu menyuarakan pro Palestina.

Aku sendiri yang setiap mendengar berita ini merasa bahwa peperangan ini seperti tidak memiliki hilir ataupun hulu. Awal mula terjadi konflik diantara dua bangsa tersebut tidak ada yang mengetahui secara pasti karena setiap cerita yang dibangun diluar sana pasti sudah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti budaya, agama, pandangan, ideologis, dan lain sebagainya. Selain itu, tidak ada seorang pun yang juga mengetahui secara pasti tentang akhir dari pertikaian keduanya.

Beragam aksi yang ditunjukkan masyarakat untuk pro Palestina tersebut merupakan hasil pemahaman dan penalaran mereka dari segala sesuatu yang dilihatnya melalui framing media. Media membungkus sebuah kisah lewat penggambaran kondisi masyarakat Palestina dan Israel ketika perang terjadi sungguh berbeda. Warga Palestina yang menjadi korban selalu dimunculkan dalam visualisasi yang menyakitkan dan memprihatinkan. Di sisi lain, media menunjukkan Israel dengan penggambarkan sifat yang mengerikan, egois, sombong, dan tidak beperasaan. Tentu, hal tersebut juga dipengaruhi faktor agama karena masyoritas masyarakat Indonesia yang menganut islam.

Namun, jarang sekali saya menemukan media Indonesia yang menampilkan sisi lain dari negara Israel yang juga kehabisan banyak sekali tenaga, modal, dan rela kehilangan ribuan pasukan maupun warganya demi peperangan tersebut. Tidak terpikirkan akan diamuk berapa ribu massa, jika sebuah media nasional yang menunjukkan sudut pandang perjuangan Israel dalam memerebutkan tanahnya dari kekuasaan Palestina.

Memang perang tersebut ada hubungannya dengan kesejahteraan manusia sebagai makhluk hidup yang harus turut bersama diperjuangkan haknya. Namun, dalam memosisikan diri untuk condong ke salah satu pihak harus benar-benar dipikirkan secara matang. Jangan sampai diri kita juga ikut termakan agenda-setting yang telah dibuat media untuk tujuan tertentu.

Saya seringkali memikirkan tentang kondisi saat peperangan kedua bangsa ataupun semua konflik di dunia ini berakhir. Apakah ada pihak yang dirugikan? Atau apakah itu termasuk pertanda kiamat akan segera dimulai seperti yang tertulis di sejumlah kitab suci?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline