Lihat ke Halaman Asli

[Cerpen] Teroris

Diperbarui: 1 November 2017   03:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: www.ruangmuslimah.co

Laki-laki itu terkapar di trotoar, baju putih yang dipakainya basah bersimbah darah. Sebekas sabetan belati di punggungnya menganga seperih luka. Jalan sepi, malam sunyi, sesekali cericit burung malam meningkahi. Perlahan ia berusaha bangkit. Sebisa tenaga dia jaga.

"Lima kilometer lagi...!" puas dia membatin meneguhkan jiwa, agar tetap bertahan sampai ke sebuah  tempat yang dicarinya.

Tertatih dia membawa diri, berpegangan pada terali besi pembatas jalan di tepian jalan. Darah merah menjadi jejak di terali-terali itu.

"Jln. Bali No 1," bibirnya bergetar mengeja alamat yang dia tuju.

"Sebentar lagi, 3 kelokan lagi." Ia masih membatin setelah mencocokkan nomor alamat dengan alamat yang ada di tangannya. Sesekali dia harus berhenti, mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk bisa sampai ke alamat yang dicarinya.

Setelah mengerahkan sisa-sisa tenaga yang ada, jalannya sampai pada yang dituju. Pintu terbuka. Ia melihat masa lalu.

"Aku mencintaimu,"

"Sudahlah..., dunia sudah berubah, dan kita pun bisa berubah,"

"Secepat itu kah?"

"Mungkin lebih cepat, tapi kau tak menyadari,"

"Jadi?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline