Lihat ke Halaman Asli

Memperingati Sumpah Pemuda dengan Bincang Buku

Diperbarui: 28 Oktober 2017   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster Bincang Buku BBBRH dan CSN. Sumber Foto Mayadah el Hawani Jurnalistik.

Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda tahun 2017, mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan acara bincang buku dengan tema "Grand Launching Al Maktubat", pada hari Sabtu, 28 Oktober 2017. Rangkaian acara ini selain membedah novel terbaru Cinta Seribu Nyawa (Azwar Sutan Malaka) dan buku kumpulan cerpen yang berjudul Bincang di Bawah Rembulan, Bintang dan Hujan(Laras Sekar Seruni) juga menampilkan kegiatan-kegiatan kreatif mahasiswa seperti pembacaan puisi dan musikalisasi puisi.

Selain kedua penulis buku, hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut adalah Rohmatul Hikmah yang membedah Kumcer Bincang di Bawah Rembulan, Bintang dan Hujan,Balqis Al Baihaqi membedah novel Cinta Seribu Nyawa, danMuhammad Ikhdan Khafiddin yang bicara tentang kegiatan menulis dalam dunia mahasiswa.

Acara yang diadakan di ruang Teater Lantai 2 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM),  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut dihadiri lebih kurang 200 mahasiswa. Peserta yang didominasi oleh anak-anak muda ini terlihat antusias mengikuti rangkaian kegiatan acara ini.

Foto Bersama Pembicara Bincang Buku. Foto Galuh Alisha.

Muhammad Ikhdan Khafiddin dalam kesempatan tersebut bicara tentang manfaat aktivitas menulis bagi mahasiswa saat ini.

"Menulis adalah bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam membangun Indonesia," jelas mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), FIDIKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Rohmatul Hikmah dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa kumpulan cerpen Bincang di Bawah Rembulan, Bintang dan Hujan yang ditulis Laras Sekar Seruni adalah karya yang pantas untuk dibaca anak-anak muda, karena tema yang ditawarkan oleh penulisnya adalah tentang kisah anak-anak muda.

"Bahasanya mudah dicerna, khas anak-anak muda, kumpulan cerpen yang terdiri dari 20 judul itu memiliki benang merah yaitu tema-tema seputar remaja," jelas Rohmatul Hikmah yang juga merupakan mahasiswi Prodi Jurnalistik, FIDIKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Sementara itu Balqis Al Baihaqi yang membedah novel Cinta Seribu Nyawa (CSN) mengungkapkan bahwa novel CSN ini mengangkat tema romantisme anak muda, tapi bukan cinta-cinta biasa seperti dalam sinetron atau novel-novel remaja.

"Novel ini bergenre sastra, jadi dia tidak mengangkat cinta yang biasa, novel ini mengangkat kisah menarik dengan latar realis, puncak cerita ini adalah Gempa 30 September 2009 di Padang yang menimpa tokoh utama dalam cerita ini," jelas Balqis.

Peserta Bincang Buku dalam Rangka Sumpah Pemuda. Foto Galuh Alisha.

Lebih jauh novel CSN menceritakan tokoh Mahatantri Narisha dan Sutan Alamsyah. Sutan Alamsyah seorang wartawan yang sedang berada di puncak kariernya di Jakarta. Tiba-tiba tanpa alasan yang tidak logis menurut teman-temannya, Alam mengundurkan diri sebagai wartawan dan memilih pulang ke kampung halamannya di Bukittinggi. Narisha, wartawan baru di koran tempat Alam bekerja merasa kehilangan atas kepergian Alam. Ia jatuh cinta pada seniornya yang idealis itu.

Singkat cerita, Narisha mencari Alam ke Padang hanya berbekal fotocopy KTP Alam. Karena semua nomor kontak Alam sudah tidak bisa dihubungi. Novel ini berkisah tentang perjuangan perempuan muda lulusan Universitas Indonesia itu mencari Alam dan mendapatkan cinta lelaki unik itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline