Lihat ke Halaman Asli

Azwar Abidin

A humble, yet open-minded wordsmith.

Sosiologi: Ulasan Pendahuluan dan Para Pemikir Kunci

Diperbarui: 7 September 2019   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Tulisan ini saya maksudkan untuk memancing perhatian kawan-kawan mahasiswa(i) terhadap kajian sosiologis. Sebagai agen perubahan, mereka adalah harapan masyarakat untuk kehidupan sosial yang yang lebih baik. 

Terserah profesi apa yang mereka pilih nanti, modal kajian sosiologis diharapkan mampu membekali mereka untuk menghargai relasi mutual sebagai modal utama membangun sebuah peradaban. Sehingga mereka mampu menghargai diri sendiri sekaligus menghargai dan mengakui peran orang lain.

Saya pun menyebutkan beberapa pemikir kunci di bidang Sosiologi yang telah berjasa besar mewariskan disiplin ilmu ini hingga masih bertahan sampai hari ini. Penyebutan itu, secara kronologis, saya adopsi dari The Sociologi Book oleh DK dengan harapan bahwa kawan-kawan mahasiswa(i) dapat merujuk mereka secara lanjut dan terbiasa merujuk pakar dan tradisi berpikir mereka dalam hal apapun. Sehingga mereka dapat mengemukakan argumen mereka dengan rujukan mazhab yang jelas.

Manusia terikat dengan sesamanya dalam sebuah komunitas sosial untuk kebutuhan bertahan hidup. Sejak masa berburu dan meramu, komunitas ini semakin membesar dari ikatan kekeluargaan ke klan, suku, bangsa, hingga negara. Kecenderungan manusia untuk menetap dan bekerja bersama yang lain ditopang oleh semakin berkembangnya pengetahuan dan pemanfaatan teknologi memungkinkan sebuah masyarakat sipil terbentuk.

Kehidupan sosial itu kemudian membentuk cara pandang dan perilaku interaksi kita dengan sesama. Sehingga pada akhirnya memengaruhi tiap aspek dari kehidupan kita sendiri. Sebab setiap pengalaman psikologis kita dapat ditelusur jejaknya dalam interaksi sosial. Kita berbagi karakteristik yang serupa dengan anggota komunitas lainnya. Hal itu tidak hanya membentuk identitas diri namun juga ciri dari komunitas itu sendiri. 

Memahami dinamika perilaku tiap individu dalam komunitas sosialnya masing-masing dapat membantu kita menyesuaikan diri sekaligus berperan memberikan kontribusi untuk kebaikan bersama. Hal ini menyadarkan kita bahwa selama komunitas kita masih tetap solid dan terus menjalin interaksi mutual maka kita pun masih tetap mampu bertahan. Memahami dinamika interaksi sosial membantu kita memertahankan kondisi tersebut.

Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang mengkaji kehidupan sosial dalam sebuah masyarakat. Disiplin ini membahas beragam topik seperti bagaimana perilaku individu terbentuk dan dibentuk oleh komunitasnya, seperti apa proses terbentuknya suatu komunitas, dinamika apa saja yang menggerakkannya, serta bagaimana dinamika-dinamika itu berpengaruh pada bertahannya atau berubahnya suatu kondisi sosial pada masyarakat tertentu.

Hingga sekarang, kajian Sosiologi semakin meluas dan mencakup pola manajemen masyarakat hingga telaah kebijakan publik. Meski termasuk disiplin ilmu yang baru dikembangkan di zaman modern, topik-topik kajian Sosiologi telah banyak dibahas oleh para filsuf Cina dan Yunani kuno sedari dulu. Perhatian para Filsuf tersebut, sayangnya, lebih mengarah ke masyarakat; bagaimana mereka diatur dan diarahkan. Sehingga lebih terkesan politis ketimbang sosial.

Sosiologi muncul sebagai respon kritis terhadap fenomena reformasi sosial radikal di penghujung abad 18. Terlebih, dampak modernisasi yang dipicu revolusi industri menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor kunci transformasi sosial. Perkembangan teknologi disinyalir berperan meruntuhkan bentuk kohesi sosial tradisional semisal ikatan keluarga hingga nilai-nilai kearifan lokal yang dulunya disokong oleh agama.

Oleh karena itu, para pemikir mengalihkan perhatian mereka pada disiplin ilmu yang fokus ke kajian interaksi sosial masyarakat yang terpisah dari kajian filsafat, politik, dan sejarah. Apalagi Sains yang begitu pesat pada saat itu tidak tertarik mengkaji manusia dan perilaku mereka. Aspek-aspek modernitas yang memicu keteraturan-kekacauan serta integrasi-disintegrasi masyarakat dianggap mampu menjabarkan basis rasionalitas masyarakat modern.

Sosiologi merupakan produk dari semangat pencerahan Age of Reason yang mengedepankan proses berpikir rasional. Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber meneruskan semangat yang sebelumnya dirintis Adam Smith, Adam Ferguson, dan Auguste Comte ketika menampik tuduhan bahwa Sosiologi tidak memenuhi kriteria ilmiah sebagai suatu disiplin ilmu. Kriteria ilmiah menuntut hasil yang terukur. Namun Max Weber bersikeras bahwa ilmu sosial seharusnya bersifat interpretif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline