Lihat ke Halaman Asli

Azuzan JG

Azuzan JG

Inovasi dalam Kearifan Lokal

Diperbarui: 14 Juli 2024   01:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bambang Pranoto (kanan) penemu Minyak Kutus-Kutus dan Riva Effrianti (kiri), CEO Kutus-Kutus Group Foto bawah: transformasi logo Kutus-Kutus

Kutus-Kutus melakukan
Transformasi dan Inovasi dalam Kearifan Lokal


oleh Azuzan JG

Di abad modern ini beredar ratusan bahkan ribuan obat-obatan farmasi yang dibuat dari berbagai bahan-bahan kimia. Obat-obatan farmasi ini dipandang banyak orang lebih praktis, mudah didapatkan, dan punya daya sembuh yang cepat.


Tidak sedikit orang beranggapan bahwa obat-obatan farmasi jauh lebih ampuh dibanding obat-obatan tradisional.  Padahal selain berfungsi sebagai penyembuh atau sekedar pereda rasa sakit, obat-obatan farmasi itu rata-rata memiliki efek samping yang  bisa membahayakan manusianya bila tidak tepat dalam penggunaannya.


Indonesia memiliki kearifan lokal tersendiri dalam tradisi pengobatan. Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki ramuan obat-obatan tradisional. Obat-obatan tradisional itu sendiri merupakan obat-obatan yang pengetahuannya diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena terbuat dari bahan-bahan alami, obat-obatan tradisional memiliki efek samping yang sangat rendah dibanding obat-obatan farmasi.


Obat-obatan tradisional dibuat berdasarkan resep nenek moyang, berhubungan dengan adat istiadat, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat setempat. Dengan kata lain, keyakinan masyarakat akan pengobatan tradisional didasarkan pada pengalaman empiris. Masyarakatnya mempercayai keampuhan suatu obat tradisional karena kemujarabannya yang telah terbukti dalam menyembuhkan suatu penyakit.

Salah satu kearifan lokal yang saat ini semakin luas mendapat kepercayaan dari masyarakat  adalah Minyak Kutus-Kutus.

Asal muasal minyak Kutus-Kutus

“Pada mulanya Kutus-Kutus dibuat tidak untuk usaha,”  demikian jelas Bambang Pranoto, penemu minyak Kutus-Kutus ketika memperkenalkan logo baru Kutus-Kutus akhir Juni lalu di Baambrugge Nederland.


Minyak obat itu ditemukannya tahun 1988 ketika ia menderita lumpuh di kaki hingga sulit untuk berjalan. Berbagai upaya peyembuhan telah dilakukannya, antara lain pergi ke dokter dan mencoba berbagai obat-obatan farmasi. Tetapi itu tidak menjadikannya semakin sembuh, malah hampir mencelakakan dirinya sendiri sebab tidak tepat dalam memanfaatkan obat-obatan.


Penderitaannya itu tidak menjadikan lelaki bertahun kelahiran 1955 itu putus asa. Setelah bermeditasi, ia memperoleh ilham untuk menyembuhkan diri sendiri melalui kearifan lokal. Setelah mempelajari berbagai khasiat tanaman herbal, ia membuat sebuah ramuan untuk penyembuh kelumpuhan yang dideritanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline