Lihat ke Halaman Asli

Robot Kesemena-menaan

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika ribuan buku sibuk mengupas tuntas masalah peradaban.
Dilain sisi keadaan semakin mengecilkan miniatur-miniatur perubahan.
Kita menyaksikan.
Bagaimana pemikiran ditumpulkan oleh perangkat-perangkat yang mengikat dalam kewajiban tak masuk akal.
Tiap sudut potensi dijebak untuk mengikuti hanya satu komando.
Lantas apa masih layak mempertanyakan ini?,
Ada apa dengan negeriku, Tuhan?
Kapankah ia berhijrah dari yang tersebut berkembang menjadi maju?
Ya. Mau melempar tanya kemana?
Kedalam?, Keluar?, Keatas?, kebawah?.
Sayang sekali.
Karena inilah sistem yang terjunjung.
Paradigma salah yang dipeluk.
Dan simaklah.
“Inilah saya anak sekolahan,
Yang bersekolah karena memang seharusnya sekolah.”
Dan dengan bangga memperkenalkan,
Inilah Indonesiaku.
Seksamai lagi,
Bagaimana institusi pendidikkan tampil
bak industri pencetak manusia
dengan program sekehendaknya,
Dengan kurikulum terberat dibanding negara lainnya.
Lebih curang menguras kantong kemelaratan.
Dan abai memaksakan masuk seluruh suplemen otak bahkan yang tak diperlukan.
Pantas banyak rintihan sesak.
Wajar saja.
Perangkat yang lupa mengarahkan seseorang sebagaimana ia  mestinya.
Inilah masalahnya.
Pendidikan kini tidak lagi tentang,
Siapa Kamu?, Tapi Kamu harus!
Bukan lagi,
“Inilah saya.”
Tapi “Inilah robot kesemena-menaan atas nama pendidikan.”
_Rafiqah Ulfah Masbah_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline