Lihat ke Halaman Asli

Azri Saadillah

mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Hantaman Resesi di Tengah Pandemi Covid-19

Diperbarui: 18 Agustus 2020   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam beberapa bulan terakhir ini kita di kejutkan dengan adanya Virus yang sangat mematikan yang berasal dari Wuhan China, yang disebut dengan Virus Corona atau Covid-19. Bukan hanya di China tetapi virus ini sudah menyebar keberbagai negara termasuk Indonesia. Dampak yang ditimbulkan oleh Virus Corona ini begitu sangat berbahaya, bukan hanya virus ini membuat negara-negara menutup akses masuk dan keluar di berbagai negara akan tetapi lebih parahnya Virus ini juga menyebabkan Resesi Ekonomi atau Kemerosotan Ekonomi di berbagai negara contohnya, Korea Selatan, Jerman, Singapura, Perancis, Italia, hingga Amerika Serikat dan apakah Indonesia juga akan mengalami RESESI?

Sebenarnya apa itu RESESI?

Resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika Produk DomestikBruto (PDB) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (Deflasi) atau kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (Inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (Economy Collapse). Kolumnis Sidney J.Harris membedakan istilah-istilah atas dengan cara ini: "Sebuah resesi adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan dan Depresi adalah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan."

Secara garis besar Resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.

Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami:

  • Produk Domestik Bruto (PDB) negatif
  • Meningkatnya jumlah pengangguran
  • Penurunan penjualan ritel
  • Terjadinya kontraksi di pendapatan manufaktur untuk periode waktu yang panjang

Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis yang terjadi dalam perekonomian suatu negara.

Apa penyebab terjadinya RESESI?

  • Guncangan ekonomi yang tiba-tiba

Guncangan ekonomi adalah masalah serius yang datang tiba-tiba terkait keuangan. Contohnya pada 1970-an ketika OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) memutus pasokan minyak tanpa peringatan dan Wabah corona virus juga mematikan ekonomi di seluruh dunia.

  • Utang yang berlebihan

Ketika individu atau bisnis berutang terlalu banyak, biaya untuk melunasi utang dapat meningkat ke titik di mana mereka tidak dapat membayar tagihan mereka.

  • Gelembung aset

Ketika keputusan investasi didorong oleh emosi, hasil ekonomi yang buruk akan mengikuti. Investor menjadi terlalu optimistis selama ekonomi kuat. Kondisi ini disebut juga "kegembiraan irasional". Kegembiraan irasional menggembungkan pasar saham atau gelembung real estat dan ketika gelembung itu meletus, penjualan panik dapat menghancurkan pasar yang menyebabkan resesi.

  • Terlalu banyak inflasi

Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik seiring waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk, tetapi inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya. Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi menekan kegiatan ekonomi. Inflasi yang tidak terkendali adalah masalah yang sedang berlangsung di Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Saat itu untuk menghentikan inflasi, suku bunga dinaikkan tapi justru menyebabkan resesi.

  • Terlalu banyak deflasi
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline