[caption caption="Kehormatan kepada orangtua bukan merendah harkat martabak kita "][/caption]
Masih ingat foto Jokowi cium tangan Megawati? Lalu foto itu dijadikan komoditi politik memffitnah Jokowi sebagai Boneka Megawati.
Namun Jokowi dengan santai mengatakan bahwa itu merupakan perlakuan wajar kaum muda kepada yang lebih tua.
"Itu kan budaya Indonesia, budaya Jawa. Kepada yang lebih tua, lebih senior, ya cium tangan," ujar Jokowi (11/1/2014).
Benar ! Jokowi mencium tangan Megawati bukan berarti menjilat dan menjadi babu dari orang tua yang dicium tangannya . Bukan pula berarti akan merendahkan harkat martabat orang menciumnya.
Ini adalah budaya sopan santun orang Indonesia. Ini bentuk kerendahan hati untuk menghormati orang tua. Atas sikap kerendahan hati dan menghormati orang tua ini akhirnya berbuah manis buat Jokowi.
Siapa sangka, menjelang dekatnya pendaftaran calon Pilpres 2014, Jokowi tiba-tiba diberi tiket oleh Megawati untuk maju sebagai calon Presiden RI yang diusung PDIP. Megawati sebagai Ketum PDIP tidak tanggung-tanggung memberikan kepercayaan itu dengan memerintahkan para kader dan simpatisan PDIP untuk bergerak sekuat-kuatnya, sekeras-kerasnya, sehebat-hebatnya, dan seterhormat-hormatnya untuk menenangkan Jokowi.
Berkat kerja keras parpol dan relawan, Jokowi akhirnya menang dan terpilih sebagai presiden RI.
Sebuah kekemenangan yang dramatis. Bagaimana tidak? Jokowi bukan siapa-siapa di partai PDIP tapi dapat tiket mencapres. Sebuah tradisi politik langka terjadi di Indonesia.
Kemenangan Jokowi juga sebuah fenomena dengan munculnya kekuatan rakyat bersatu padu bergerak menenangkan Jokowi. Tidak ada merasa hebat, tidak ada merasa berjasa, tidak ada kesombongan. Semua satu memenangkan Jokowi untuk mewujudkan harapan baru Indonesia.
Buah dari bentuk kerendahan hatian dilakukan Jokowi. Tidak ambisius. Tidak sombong merasa elektabilitasnya tinggi sebagai calon presiden.