Sekilas Kesaksian Gerakan Mahasiswa ''98
Sejarah mencatat, bahwa Soeharto jatuh oleh mahasiswa '98. Aksi pendudukan gedung DPR RI sejak tanggal 18 sampai 21 Mei 1998 memaksa presiden terkenal diktator itu mengundurkan diri dari tampuk kekuasaan tertinggi di negara ini. Pada pukul 10.00 WIB, tanggal 21 Mei 1998 di Istana Negara secara resmi Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden RI yang baru 2 bulan dijabat untuk ke 7 kalinya.
Lengsernya Soeharto disambut sorak-sorai mahasiswa seluruh Indonesia. Gegap-gempita ini terlihat para mahasiswa menceburkan dirinya ke kolam yang ada di halaman Gedung DPR sebagai ungkapan kemenangan mahasiswa dan rakyat Indonesia. Ada juga mahasiswa meluapkan ekspresinya dengan mencukur rambut sampai botak. Mahasiswa terharu karena tidak menyangka perjuangannya berhasil juga menjatuhkan tirani yang 32 tahun berkuasa tak tersentuh oleh kekuatan apapun. Sosok Presiden yang 32 tahun berkuasa sangat ditakuti oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Presiden yang 32 tahun berkuasa sudah dianggap sosok manusia setengah dewa dan dikultuskan sebagai putra satu-satunya terbaik dimiliki Indonesia yang berjasa besar atas pembangunan Indonesia di segala bidang.
Sebuah gerakan yang dibangun secara spontan dan polos ditengah kesadaran mahasiswa yang begitu rendah atas pemahaman bernegara serta tingginya sikap apatis (masa bodoh) mahasiswa pada permasalahan nasional. Hampir sebagian besar rakyat Indonesia waktu itu pesimis memandang gerakan mahasiswa sebagai gerakan yang tidak akan mampu menjatuhkan Soeharto. Dukungan dari elit-elit politik dan tokoh nasional pun kecil bahkan tidak ada berani terang-terangan memberi dukungan pada aksi mahasiswa tersebut.
Adapun muncul kekuatan elemen-elemen masyarakat lainnya pada saat itu tapi bergerak secara sendiri-sendiri tanpa sebuah skenario atau konsep yang sama. Hampir sebagian besar rakyat takut untuk bicara kritis kepada pemerintahan Soeharto karena trauma pada peristiwa sebelumnya yang disikat habis oleh sang Tirani Soeharto sebagaimana terjadi seperti dari tragedi pembantaian 1965-1966, peristiwa Malari, DOM Aceh, Petrus, Peristiwa Tanjung Priok dll sampai peristiwa 27 Juli Diponegoro. Tapi siapa menduga akhirnya gerakan mahasiswa '98 menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang berhasil menumbangkan Soeharto.
Aksi kebangkitan mahasiswa ini dimulai sejak 1997 ketika krisis moneter melanda Indonesia. Meski tidak secara terang-terangan menuntut Soeharto turun tetapi sebagian besar orang sudah bisa membaca arah gerakan mahasiswa ini. Dengan kegagapan politik mahasiswa tapi secara percaya diri bergerak setiap kampus mereka masing-masing membangun kesadaran rakyat bahwa perlu perubahan mendasar dari keterpurukan Indonesia akibat sistem yang dibangun oleh rejim Soeharto yang otoriter, korup, diktator serta pro pemilik modal besar (kapitalis). Secara bertahap para aktivis '98 membangun kekuatan mahasiswa untuk melakukan penolakan sistem Orde Baru yang sudah terbukti gagal total.
Dengan pendekatan diskusi, para aktivis '98 melakukan forum diskusi dan mimbar bebas di kampus bahwa sistem dibangun oleh rejim Soeharto telah mengakibatkan krisis moneter, kesenjangan sosial antara si miskin dengan si kaya, pengangguran yang tinggi, ekonomi rakyat dikebiri, hukum bobrok, tanah-tanah rakyat dirampas, hutan-hutan habis dibabat, hasil kekayaan alam dijarah, hak asasi manusia dibunuh, demokrasi mati, pemerintah yang korup serta berbagai permasalahan busuk lainnya membuat Indonesia hancur.
Seperti "pedagang obat", kami memulai melakukan aksi mimbar bebas di kampus yang disaksikan dari jauh sebagian besar mahasiswa-mahasiswa di gedung atas kampus karena dianggap aneh saat itu. Ibarat teori bola salju, gerakan kami lakukan terus mengelinding semakin membesar dan kencang. Kesadaran mahasiswa semakin tumbuh dan solidaritas satu perjuangan semakin terbentuk.
Begitu kencangnya teriak mahasiswa pada tanggal 15 April 1998, Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes dan dilarang melakukan aksi turun ke jalan. Bagi mahasiswa yang turun kejalanan akan ditembak, demikian informasi kami dengar.
Pada tanggal 18 April 1998, Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII mencoba membujuk mahasiswa dengan mengadakan dialog bersama mahasiswa di Pekan Raya Jakarta namun sebagian besar mahasiswa Indonesia dari berbagai perguruan tinggi menolak dialog tersebut.