Bulan Ramadhan adalah salah satu bulan di dalam kalender Islam yang terjadi selama setahun sekali. Dalam bulan ini ada perintah wajib bagi umat Islam, yaitu berpuasa selama sebulan penuh. Selama bulan Ramadhan biasanya orang-orang bersemangat untuk keluar di sore hari, ngabuburit dan mencari makanan untuk takjil menjelang buka puasa.
Melihat momentum yang terjadi selama setahun sekali ini membuat sebagian masyarakat ingin memanfaatkan momen ini dengan menjadi pedagang takjil dan berbondong-bondong berjualan makanan atau minuman pembuka untuk berbuka puasa seperti halnya di Kampung Ramadhan Jogokariyan (KRJ), Yogyakarta.
Banyaknya pedagang yang berjualan di KRJ ini sepertinya memang sudah menjadi sebuah tradisi setiap tahunnya dan membawa berkah kenaikan profit bagi para pedagang. Seperti halnya Ibu Lina, penjual makanan kue apem yang berjualan di KRJ selama bulan Ramadhan.
Dalam wawancara saya bersama Ibu Lina beliau mengatakan bahwa: "Saya biasa berjualan di KRJ ini selama bulan Ramadhan setiap tahun. Di luar bulan Ramadhan biasanya saya jualan apem pagi-pagi di pasar tapi selama bulan Ramadhan ini saya berjualan sore hari di sini." Untuk profit sendiri, ibu Lina mengalami kenaikan profit penjualan selama bulan Ramadhan: "Yaaa Alhamdulillah mas, selama berjualan di sini keuntungan berjualan perhari bisa dikatakan meningkat. Karena memang di sini juga ramai dan banyak orang yang ngabuburit cari makanan" begitu ungkapnya.
Selain menjumpai ibu Lina yang menjual kue apem, saya juga menjumpai ibu Sri yang menjual jajanan mie oriental pedas. Berbeda dengan ibu Lina, ibu Sri merupakan pedagang tetap yang berjualan di Jogokariyan baik bulan Ramadhan ataupun hari-hari selain bulan Ramadhan. Saya menghampiri warung mie tersebut karena memang agak tertarik juga untuk membeli makanan pedas.
Kemudian saya berbincang dengan ibu Sri sebagai pemilik warung mengenai ramainya pembeli di bulan Ramadhan. "Kalau untuk penjualan memang lebih ramai pas bulan Ramadhan mas, karena kalau hari-hari biasa yang beli masyarakat sekitar aja tapi sekarang kan banyak pendatang yang beli dari luar juga" sontaknya saat saya tanya mengenai tingkat penjualan. Dan ternyata memang saya saksikan sendiri, kotak kemasan yang penuh di etalase gerobak ternyata cepat menyusut. Perkiraan saya ada sekitar 30 kotak yang habis selama sekitar 20 menit saya di sana.
KRJ memang merupakan lokasi berjualan yang strategis untuk berjualan karena manajamen yang dilakukan oleh pengurus masjid dan wilayah setempat dalam menciptakan kampung Ramadhan dan pasar Ramadhan yang mampu mengundang masyarakat luar untuk pergi ngabuburit dan mencari makanan takjil ke KRJ. Setiap hari selalu ramai pendatang yang berkunjung mencari makanan dan minuman takjil atau hanya pendatang yang penasaran ingin menyaksikan kondisi ramainya Kampung Ramadhan Jogokariyan tersebut.
Antara Profit dan Covid
Momentum seperti ini memang memberikan dampak yang menguntungkan bagi para pedagang atau penjual makanan dan minuman takjil. Hanya saja melihat kondisi yang masih pandemi ini apakah berjualan di kerumunan dapat dipastikan kemanannya terhadap penyebaran virus covid 19 ini? Saya mencoba sedikit berbincang dengan Ibu Lina terkait keamanan berjualan di masa pandemi yang tempat jualannya pun dianggap susah untuk tidak berkerumun.
"Yang paling utama sih tetap mengusahakan mematuhi protokol kesehatan mas, maskernya dipakai. Lagian yaa mau bagaimana lagi mas, pandemi ini kan membuat penghasilan menurun tapi dengan berjualan disini bisa meraih untung yang lumayan besar juga untuk dipakai kebutuhan." Jawab Bu Lina.
Setelah saya perhatikan memang ada usaha dari pihak panitia KRJ dalam mematuhi protokol kesehatan. Misalnya saja dengan menyediakan banyak botol berisi hand sanitizer di beberapa titik sepanjang jalan dan pengumuman secara berkala dan tegas untuk tetap menggunakan masker. Hanya saja dalam membatasi kerumunan itu agak sulit dilakukan karena benar-benar banyaknya massa yang datang ke tempat tersebut.