Hi! Mendengar kata "keputusan" rasanya kata tersebut sangat akrab dengan yang namanya pemimpin. Yappp, tentu saja itu benar karena pemimpin selalu dihadapkan dengan menentukan keputusan di setiap aktivitasnya. Namun, apakah kita tahu sebenarnya siapa sih yang dimaksud pemimpin di sini? Yang dimaksud pemimpin di sini adalah setiap orang yang memiliki anggota atau bawahan untuk dipimpin. Baik itu presiden yang memimpin sebuah negara, gubernur yang memimpin wilayah provinsi, bupati, camat, ketua organisasi, atau bahkan atmosfir terkecil adalah diri sendiri karena sejatinya setiap orang adalah pemimpin yang memimpin dirinya sendiri.
Menyadari bahwa setiap orang adalah pemimpin maka secara sadar atau tidak kita semua selalu dihadapkan dengan yang namanya 'menentukan keputusan' setiap harinya. Emang iya? Nih... Biar makin ngena kita lihat contoh real nya. Setiap bangun tidur kita dihadapkan dengan pilihan, mandi atau sarapan dulu. Ketika jajan di kantin, kita juga dihadapkan dengan pilihan, indomie atau mie sedaap. Ketika akan memakan bubur, diaduk atau gak diaduk. Atau bahkan hal-hal lain yang bahkan dihadapkan lebih dari sekedar 2 pilihan.
Pertanyaannya, apakah kamu yakin sudah mampu mengambil keputusan yang optimal terhadap semua pilihan yang dihadapkan pada dirimu? Jika jawabannya belum, maka artikel ini adalah kabar baik yang ditakdirkan bertemu denganmu.
Baiklah sekarang aku akan bahas mengenai Logical Fallacy agar kita semua dapat menentukan keputusan yang optimal setiap harinya, baik itu keputusanmu sebagai pemimpin di kantor, ketua organisasi, atau bahkan keputusan atas diri pribadi. Mari kita berkenalan dengan Logical fallacy.
- Apa sih yang dimaksud Logical Fallacy itu?
Singkatnya, yang dimaksud logical fallacy itu adalah kesesatan berpikir. Jadi ada faktor-faktor yang membuat seseorang sesat atau cacat saat berpikir sebelum akhirnya menentukan keputusan. Namun jika mengutip pengertian dari Ipmmomentum.com (2021) yang dimaksud dengan logical fallacy adalah kesalahan dalam berlogika atau kesalahan dalam melakukan suatu penalaran. Jadi bisa kita sepakati bahwa yang dimaksud dengan logycal fallacy adalah kesesatan atau sesat berpikir. - Kenapa sih harus kenali Logical Fallacy? Hubungannya dengan membuat keputusan apa?
Yappp, pertanyaan yang bagus. Jawabannya adalah karena dengan mengenali logical fallacy atau kesesatan berpikir maka kita dapat menghindari cara berpikir yang sesat serta menggunakan cara berpikir yang logis dan sistematis juga bisa diklaim benar.
Kalau gitu kenapa gak mempelajari cara berpikir yang benar aja? Kenapa harus mengenali cara berpikir yang sesat? Eitsss jangan salah. Dengan mengenali cara maling sesuatu bukan berarti kamu harus jadi tukang maling, tapi hal itu justru melindungimu agar kamu tidak kena maling. Bagaimana kamu bisa menghindari jalan yang berlobang kalau kamu tidak tahu jalan yang berlobang itu seperti apa? Atau bahkan bagaimana kamu bisa melihat bintang jika kegelapan tidak ada? Tujuan mengenali logical fallacy adalah agar kamu tidak terjebak dalam cara berpikir yang sesat. Maka dari itu mengenali logical fallacy adalah hal yang penting agar cara berpikirmu tidak sesat dan keputusan yang merupakan hasil dari berpikirmu optimal.
Adapun Hubungan antara Logical fallacy dengan membuat keputusan adalah cara berpikir. Jika cara berpikirmu sesat atau cacat maka kamu tidak akan mampu membuat keputusan yang optimal. Keputusan yang kamu buat akhirnya akan ngawur, tidak sistematis, tidak meyakinkan, atau bahkan keputusanmu tidak dapat diklaim benar. - Jadi bagaimana cara untuk mengenali Logical Fallacy?
Dari penjabaran di atas setidaknya kamu sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan logical fallacy. Karena logical fallacy banyak jenisnya, maka sekarang beralih ke jenis-jenis logical fallacy untuk kamu kenali. Berikut adalah jenis-jenis logical fallacy.
a. Weak Analogi
Adalah berpikir untuk mengkomparasi dua hal berbeda yang tidak relevan. Logical fallacy jenis ini biasanya terjadi ketika mengandaikan atau meganalogikan sesuatu yang komparasinya tidak sepadan. Orang yang terjebak dalam weak analogi ini biasanya terlalu banyak memberikan argumen dengan menganalogi sesuatu. Akan tetapi analoginya tidak relevan dan kemampuan menganalogi cenderung lemah. Berikut adalah contohnya: "Saya tidak setuju dengan perlombaan debat karena debat menyebabkan saling menjatuhkan yang berujung ujaran kebencian. Melarang kegiatan lomba debat sama saja mengurangi perilaku ujaran kebencian".
Dari contoh di atas analogi yang dipakai cenderung lemah dan tidak ditemukan titik relevansinya.b. Ad Hominem
Naahh... Jenis logical fallacy yang ini rasanya sangat sering terjadi dan banyak ditemukan di lingkungan masyarakat. Ad hominem adalah ketika seseorang lebih melihat latar belakang orang lain daripada argumen yang dilontarkannya. Dengan kata lain orang dengan logical fallacy jenis ini biasa menyerang keadaan orangnya bukan menyerang ke argumennya. Berikut adalah contohnya:
"Kenapa kamu harus mendengarkan kata tukang sapu jalanan itu? Saya ini kepala desa di sini. Orang kayak gitu didengerin".
Padahal pada kenyataannya argumen seorang tukang sapu bisa saja lebih baik daripada seorang pejabat.c. Post Hoc
Adalah jenis logical fallacy yang sering menjebak dalam menggeneralisasi sebuah peristiwa berdasarkan asumsi sebab akibat yang pernah dialami. Jika A maka B, oleh karena itu jika B maka A. Padahal hal itu tidak benar.
Contoh:
"Jika hujan, maka jalanan basah" "Jika jalanan basah, maka hujan"
Hujan memang menyebabkan jalanan basah, tapi jika jalanan basah itu bukan hanya disebabkan oleh hujan. Bisa saja jalanan basah karena ada tanki air yang tumpah di jalan.
d. Appeal to Authority
Adalah keadaan menyandarkan argumen pada sumber yang dihormati dan dapat dipercaya. Berusaha meyakinkan argumen kita dengan membawa nama orang terkenal yang dihormati. Padahal belum tentu orang terkenal tersebut adalah orang yang ahli di bidang argumen yang kita perjuangkan.
Contoh:
"Kita gak perlu pake masker kalau kita sudah divaksin. Salah satunya artis Ahmad Dimas yang mengatakan hal demikian". Walaupun dia seorang artis belum tentu dia ahli di bidang kesehatan.
e. Hasty Generalization
Jenis logical fallacy ini adalah menarik asumsi sebuah keseluruhan kelompok terhadap kelompok yang sedikit. Contohnya seperti seorang youtuber terkenal yang mengkampanyekan kalau kuliah itu tidak penting karena melihat adanya sarjana yang tetap saja susah cari kerja. Atau contoh lainnya adalah sebagai berikut:
Bu Susi gak kuliah -> jadi menteri
Kesimpulan: gak kuliah bisa jadi menteri.
Pada kenyataannya yang menjadi sebab Bu Susi jadi menteri bukan karena beliau tidak kuliah. Tetapi karena beliau merupakan seseorang yang
memiliki kualifikasi di bidang yang bersangkutan.
Itulah jenis logical fallacy yang membuat sesat pikiran dalam menentukan keputusan. Seperti tujuan dan harapan dari ditulisnya artikel ini semoga dengan mengenali logical fallacy dapat memperbaiki pola pikir kita serta bisa menghasilkan keputusan yang optimal di setiap pilihan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H