Lihat ke Halaman Asli

Azmin

Karyawan Swasta

Janji-Janji Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu Dinilai Hanya untuk Meraup Suara

Diperbarui: 15 Desember 2023   03:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: BBC News Indonesia 

Berbicara mengenai penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, diskursus ini kembali mengemuka di tengah kontestasi Pemilihan Presiden 2024. Namun, banyak pegiat HAM dan keluarga korban yang meragukan kejujuran para calon presiden dalam menyampaikan janji-janjinya. Mereka merasa bahwa janji-janji itu hanyalah untuk meraup suara ketika pemilihan berlangsung.

Perdebatan mengenai penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat masa lalu muncul di debat capres perdana pada Selasa, 12 Desember 2023. Dalam perdebatan tersebut, Ganjar Pranowo menanyakan apakah Prabowo Subianto akan membuat pengadilan HAM apabila terpilih sebagai presiden, dan ketiga, apakah Prabowo bisa membantu menemukan kuburan 13 aktivis yang hilang agar keluarga korban bisa berziarah.

Prabowo menganggap pertanyaan Ganjar tendensius dan selalu muncul setiap lima tahun. Ini menunjukkan bahwa keseriusan dalam penegakan HAM masi lalu selalu menjadi permainan politik belaka.

Dalam perdebatan tersebut, Ganjar menilai Prabowo tidak memiliki ketegasan dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu. Sementara Ganjar berjanji akan memembentuk pengadilan HAM ad hoc dan menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu jika dia terpilih sebagai presiden.

Namun, Anies Baswedan tidak mendapat kesempatan untuk mengutarakan gagasannya mengenai kasus-kasus HAM masa lalu, dan lebih menekankan pada kasus-kasus HAM yang terjadi beberapa tahun terakhir.

Hal ini menunjukkan bahwa keluarga korban kesulitan untuk mempercayai janji-janji yang disampaikan oleh para calon presiden. Secara pandangan keluarga-keluarga korban kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, janji-janji yang disampaikan selalu saja hanya sebatas kampanye.

Maria Catarina Sumarsih, keluarga korban Tragedi Semanggi I, mengatakan bahwa janji-janji tanpa ada tindakan nyata selalu saja diberikan dari pemilu ke pemilu.

Deputi Koordinator KontraS, Andi Muhammad Rezaldy, juga merasa sulit untuk mempercayai apakah janji-janji para calon presiden tersebut benar-benar berlandaskan pada komitmen yang kuat. Dalam situasi seperti ini, keraguan menjadi hal yang wajar.

Sebagai hasilnya, janji-janji para calon presiden sekarang ini hanya menjadi pengobat hati sementara keluarga korban menunggu keadilan. Jika benar-benar menjadi janji belaka, ini akan sangat menyayat hati sekaligus memperlihatkan bagaimana mesin-mesin politik sangat manipulatif.

Namun, kita juga tidak seharusnya menjadi pesimistis terhadap janji-janji tersebut. Kita harus menunggu dan melihat bagaimana kinerja para calon presiden ketika mereka terpilih menjadi presiden.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline