Dalam membudidayakan aren, anda harus memahami syarat tumbuhnya terlebih dahulu. Daeng Basri sebagai petani aren telah membuktikan dengan mengolah air nira menjadi gula, proses pengolahannya pun masih bersifat tradisional.
Daeng Basri tinggal di sebuah Dusun terpencil, Dusun Sapakeke Desa Buakkang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan ini menyadap Air Nira setiap pagi dan sore, air nira yang telah disadap dengan menggunakan alat sederhana langsung dimasak agar tidak basi dan menjadi asam, kalau asam nanti menjadi tuak. Pemanasan wajan tersebut juga menggunakan kayu bakar guna menghasilkan kwalitas gula aren yang baik, dengan menggunakan kayu bakar panasnya merata sehingga hasilnya akan lebih berkualitas," ujar Daeng Basri
Setelah mengental, maka dimasukkan ke dalam cetakan yang telah dibuat dari tempurung kelapa yang. Ditunggu selama sepuluh menit maka gula aren pun siap untuk dijual.
"Dari sepuluh liter air nira dapat menghasilkan dua sampai tiga kilogram Gula Aren siap jual, harganya sekutar 20 Ribu Rupiah perkilogram, " jelasnya.
Setiap hari dari satu pohon Daeng Basri mendapatkan rata-rata empat kilogram Gula Aren yang dijual seharga Rp. 80 ribu. "Saat ini ada empat pohon yang saya kelola, Alhamdulillah setiap hari kami bisa mengumpulkan hingga empat Kilogram Gula Aren," jelas Daeng Basri.
Ia mengharapkan perhatian pemerintah agar petani gula aren di Sapakeke Desa Buakkang ini tetap dilestartikan dengan mengharapkan bantuan peralatan seperti wajan dan cetakan gula dan lain-lain sehingga petani gula aren juga bisa sukses seperti petani lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H