Lihat ke Halaman Asli

Wacana Kembalinya Ujian Nasional Sebagai Syarat Kelulusan Sekolah di Indonesia

Diperbarui: 2 Desember 2024   23:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak sekolah (Sumber: Freepik)

Isu mengenai kembalinya ujian nasional (UN) sebagai syarat kelulusan sekolah di Indonesia merupakan isu yang penting untuk dibahas dan dipertimbangkan, mengingat dampaknya terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Rencana diadakannya ujian nasional pada saat ini perlu lebih dipertimbangkan dengan serius, melihat dari sistem pembelajaran saat ini yang menggunakan kurikulum merdeka yang kegiatannya cukup padat. Pendidikan tidak hanya sekedar mengenai tes akademiknya; karakter, keterampilan, serta kreativitas dari siswa juga bisa diperhitungkan. Dengan demikian, ujian nasional bukanlah satu-satunya tolak ukur untuk menentukan kelulusan seorang siswa dari sekolahnya. Ujian nasional bisa dijadikan sebagai evaluasi saja dibandingkan menjadi syarat kelulusan sekolah. 

Ujian nasional cenderung hanya mengukur kemampuan akademik siswanya di beberapa mata pelajaran tertentu saja. Namun, ujian ini tidak melihat kemampuan lain yang sama pentingnya, dari kemampuan kreativitas seorang siswa, kemampuan siswa dalam berpikir kritis, atau keterampilan siswa dalam bidang sosialnya. Kemampuan-kemampuan ini sangatlah penting untuk perkembangan seorang siswa yang tidak bisa diukur hanya dengan soal ujian yang cenderung menguji hafalan siswa ataupun penguasaan pada materi tertentu saja.  Padahal, aspek-aspek ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari hingga nanti di dunia kerja. Misalkan dalam dunia kerja, seseorang tidak hanya dihargai dari kemampuan mengingat atau menguasai teori, tetapi dilihat dari kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahan, komunikasi yang baik, dan mampu bekerja dengan orang lain. 

Selain itu, kurang meratanya pendidikan di Indonesia juga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil ujian siswa. Perbedaan kualitas pendidikan antar daerah yang satu dengan yang lain, serta akses sumber daya pendidikan yang tidak merata menjadi tantangan bagi para siswa yang hidup di daerah terpencil dan kurang mampu. Siswa-siswi di kota-kota besar mungkin saja mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak dan lengkap, sementara itu siswa-siswi yang hidup di daerah terpencil susah mendapatkan akses pembelajaran sehingga tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mempersiapkan ujian. Dalam hal ini, ujian nasional yang akan diadakan sebagai syarat kelulusan terasa sangat tidak adil bagi para siswa yang kesulitan mendapat pendidikan, tidak semua siswa memiliki akses untuk belajar dalam mempersiapkan ujian. 

Ujian nasional juga dapat berdampak pada psikologis para siswa. Banyak siswa yang merasa tertekan dan stress saat menjelang ujian nasional, karena mereka tahu bahwa ujian nasional menjadi penentu kelulusan bagi mereka. Terlebih untuk siswa tingkat terakhir di SMA yang juga harus mempersiapkan diri untuk ujian masuk perguruan tinggi. Beban psikologis pada siswa-siswi tingkat akhir di SMA bisa semakin meningkat karena ditambah dengan ujian nasional yang menjadi syarat kelulusan mereka. Tekanan dari orangtua yang mengharapkan nilai tinggi dari mereka juga dapat memperburuk kondisi psikologis mereka. Banyak siswa yang akhirnya akan mengalami stress, cemas, bahkan depresi saat menjelang ujian, tentunya berdampak pada kesehatan mental mereka. 

Tekanan tadi juga berdampak pada motivasi belajar siswa. Stereotip mereka terhadap ujian nasional yang dijadikan tolak ukur kelulusan menjadikan mereka berlomba-lomba untuk belajar hanya untuk "lulus" dan mendapatkan nilai yang baik, sehingga mereka tidak benar-benar memahami materinya. Padahal, pendidikan seharusnya dapat memotivasi siswa untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuannya, bukan untuk mengejar kelulusan dan nilai semata. Besarnya fokus mereka pada ujian, justru dapat melalaikan kesempatan mereka untuk berkembang dengan bakat yang dimiliki masing-masing siswa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline