Lihat ke Halaman Asli

Azkia Rostiani Rahman

Blogger, Linguist, Penyuka Buku dan Film

"Ranah 3 Warna": Bersabarlah maka Engkau akan Beruntung

Diperbarui: 11 Mei 2022   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Buku: FB Ahmad fuadi


Jarak antara sungguh-sugguh dengan sukses itu bisa jadi dekat, sangat dekat, jauh, bahkan sangat jauh. I meter, 1 km, 10 km, ratusan km, bahkan ribuan km. Oleh karena itu, yang tetap bisa kita lakukan adalah bersabar. Sabar di sini bukan berarti pasrah. Tapi sabar yang aktif; sabar dalam bertahan, sabar dalam berusaha, dan sabar dalam mencari solusi. Dan mantra yang kedua ini telah mampu dibuktikan oleh Alif sendiri. "Manshabara Zhafira. Barang siapa bersabar, maka ia akan beruntung"

Buku ini adalah serial ke dua dari trilogy Negeri 5 Menara, karya Ahmad Fuadi. Buku ini menceritakan tentang perjuangan Alif untuk melanjutkan cita-citanya setamat SMA di pondok Madani. Setelah lelah belajar menghadapi SNMPTN, akhirnya Alif diterima di Universitas Padjajaran, Bandung jurusan Hubungan Internasional.

Mengalami masa-masa yang sulit di awal perkuliahan tidak menjadikannya putus asa, terlebih setelah kepergian ayahnya di semester kedua, semakin memicunya untuk terus berusaha. Meski di awal-awal kepergian ayahnya ia seringkali mengeluh, tapi kemudian ia menyadari bahwa masalah itu ada untuk dihadapi, bukan untuk ditangisi ataupun dicaci. Ia mencoba peruntungannya dengan berjualan, mulai dari jualan pakaian Bibinya Randai (teman kampung plus teman sekamarnya yang seorang pengusaha), sampai menjual alat-alat kecantikan milik tantenya Wira (teman satu angkatan), sampai akhirnya ia kecopetan, dianiaya, dan dirawat di rumah sakit.

Ia akhirnya ingat mas Togar, seniornya yang tulisannya sudah tembus koran lokal dan nasional. Ia kembali menemuinya dan meminta untuk jadi gurunya. Akhirnya dengan gemblengan Mas togar yang disiplin menjadikan Alif juga seorang penulis yang tak kalah handalnya. Tulisan Alif pun bisa tembus koran lokal. Tapi Alif tidak sombong, ia tetap belajar dengan keras agar tulisannya bisa tembus koran nasional.

Salah satu cita-cita Alif adalah pergi ke Amerika, dan itu bisa terwujud melalui program PPAN. Setelah melalui seleksi yang sangat ketat, akhirnya Alif bisa menjadi salah satu peserta PPAN (pertukaran Pemuda antar Negara) ke Kanada bersama tujuh orang lainnya.

Buku ini banyak bercerita tentang perjalanan Alif ke Kanada. Mulai dari pasangannya selama di sana (Frans; yang anehnya ingin belajar bahasa inggris dari Alif, karena selama ini ia lebih banyak menggunakan bahasa prancis), orang tua angkatnya yang sangat baik dan perhatian, tempat magangnya (salah satu stasiun TV lokal) yang sangat sesuai dengan keinginnya, bagaimana merayakan hari pahlawan di sana, sampai perasaan cintanya kepada Raisa yang sampai ending belum sempat diungkapkan, karena giliran mau diungkapkan, ternyata Raisa sudah dilamar Randai dan akan berniat segera menikah.

Banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari buku ini. Salah satu di antaranya adalah Jangan pernah menyerah dan putus asa. Ibarat dua pisau, yang satu tumpul dan yang satu sangat tajam. Pisau yang tajam tersebut digunakan untuk memotong sebatang kayu, tapi hanya sekali, sementara pisau yang tumpul terus dicoba berkali-kali, maka yang akan bisa memotong pohon tersebut adalah pisau yang tumpul. Begitupun hidup, jangan pernah menyerah, dan teruslah berusaha. Percuma intelektual tinggi dan segudang potensi jika tidak di asah terus menerus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline