Lihat ke Halaman Asli

Penurunan Omset Selama Pandemi

Diperbarui: 27 Juni 2021   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: dokpri

Seperti yang kita ketahui, bahwa Covid-19 masuk di Indonesia pertama kali yaitu sekitar awal bulan maret 2020, tak terasa kini sudah setahun lebih pandemi Covid-19 ini berlalu. Yang merupakan duka bagi seluruh manusia tanpa terkecuali, begitu banyak hal-hal yang terjadi diluar dari pemikiran kita akibat dari pandemi covid 19 ini.

Pandemi Covid-19 ini membawa banyak dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif dalam kehidupan kita semua, terkhusus bagi kita rakyat Indonesia. Semenjak diberlakukannya lockdown dan anjuran agar tetap di rumah saja oleh pemerintah, semua kebiasaan yang biasa kita lakukan sehari-hari tanpa ada gangguan kini dibatasi bahkan sampai diberhentikan. Dan tempat tempat umum pun yang biasa terbuka untuk umum kini ditutup seperti sekolah, pasar, kantor, dan sebagainya. Kita memulai segala nya dari rumah, mulai dari belajar, bekerja, sampai beribadah pun dari rumah.

Salah satu dampak yang dapat kita rasakan dari pandemi Covid-19 ini yaitu dampak di bidang ekonomi. Banyak masyarakat Indonesia yang mengalami kerugian, bahkan ada yang sampai kehilangan pekerjaannya akibat pandemi ini. Namun, disisi lain dampak pada Covid-19 ini dapat menjadikan kesempatan juga dalam menciptakan suatu hal yang baru dimulai di masa sulit seperti ini.

Di masa pandemi Covid-19 ini juga banyak di kalangan khususnya para pekerja jasa yang mengalami penurunan omset bahkan hingga mengalami kerugian. Seperti misalnya dalam usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yaitu usaha jaitan yang dijalankan oleh salah satu penjahit bernama ibu Astuti.

Ibu Astuti merupakan pemilik usaha jahit yang bernama Rumah jahit Dwi, yang beralamat di jalan Bete-Bete Blok D No. 47 Bogar Kota Palopo. Ibu Astuti ini menjadikan usaha jaitan sebagai pekerjaan sampingannya, selain menjadi seorang guru di salah satu Taman kanak-kanak (TK) dekat rumahnya. Ia menjadi seorang penjahit sejak tahun 2010 silam, ia membuka usaha jahitan di rumahnya. Dan bukan termasuk usaha jahitan konveksi, melainkan usaha jahitan tanpa pemasaran atau hanya melayani orang-orang yang datang kepadanya.

Menjahit merupakan salah satu hobi dan cita-cita yang ia inginkan sedari waktu kecil. Selain itu dengan menjahit ia juga dapat membantu keuangan keluarganya. Menjahit juga merupakan salah satu aktivitas yang dapat menghibur diri ketika stres, menurutnya.

Pekerjaan menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang mengandalkan kemampuan dan ketelitian, tak heran jika tidak semua orang dapat melakukan pekerjaan ini dengan baik. Menurut Ibu Astuti, menjadi seorang penjahit memiliki suka duka tersendiri. Salah satu duka yang ia rasakan selama menjadi seorang penjahit ialah dia sering begadang semalaman untuk menyelesaikan jahitan, terkadang juga ia tidak dibayar sepersenpun oleh orang lain setelah mengerjakan jahitan, bahkan pernah ibu Astuti menerima pelanggan yang kurang baik perlakuannya, seperti menginginkan baju yang ia jahit untuk selesai dalam waktu yang singkat,  namun model dari baju yang diinginkan sangat rumit yang mustahil bisa dikerjakan dalam waktu yang sangat singkat. Namun, dibalik duka itu semua Ibu Astuti tetap mencintai pekerjaannya itu.

Ibu Astuti menerima jahitan bermacam-macam. Misalnya berupa baju pesta, baju dinas, gorden, seragam sekolah, almamater, dan masih banyak lagi. Selain itu, ibu Astuti juga dikenal sebagai salah satu penjahit yang rapi dalam membuat jahitan. Dalam menjahit ibu Astuti tidak memiliki anggota, tapi ketika ia menerima orderan yang sangat banyak seperti orderan baju seragam, ia biasa dibantu oleh salah seorang temannya yang juga sesama pejahit.

Seperti yang kita ketahui bahwa pandemi Covid-19 ini membuat semua orang merasakan dampaknya yang amat besar dalam kehidupan, sama halnya dengan Ibu Astuti yang turut merasakan dampak dari pandemi Covid-19 ini.

Pada masa awal kemunculan Covid-19 di Indonesia, dan diberlakukannya lockdown oleh pemerintah, ibu Astuti sempat merasa stres dan down akibat perubahan yang terjadi secara drastis. Terlebih lagi, segala sesuatunya yang biasa dilakukan di luar rumah, kini harus dilakukan di rumah. Mengakibatkan kondisi ekonomi dan omset yang mengalami penurunan pada awal pandemi tersebut. Namun, ibu Astuti tidak mau terperangkap dalam keterpurukan tersebut. Sehingga ia pun mencoba untuk bangkit dan memulai segala sesuatu Kembali.

Selama pandemi Covid-19 ini, ibu Astuti mengalami penurunan dalam usaha jahitannya, yang awalnya sering mendapat orderan untuk menjahit, namun selama pandemi Covid-19 kini berkurang, bahkan tidak menerima orderan jahitan sama sekali. Namun, ibu Astuti pantang menyerah akan hal itu. Ia pun membuat suatu inovasi baru yaitu dengan membuat masker dari kain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline