Lihat ke Halaman Asli

gurujiwa NUSANTARA

pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

Bagaimana Jadi Manusia Bebas dari Penjara Ingin Tak Berbatas?

Diperbarui: 27 Oktober 2021   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiduo hanya sekalo,  nikmati,  jangan korbankan hidup hanya untuk mengejar ambisi ingin (gurujiwa) 

Bebas dari penjara mudah, bebas dari kurungan besi keinginan yang susah. Asal vonis telah dijalani sesuai waktu, hati bertobat atas kesalahan yang telah diperbuat, pintu besi jeruji bergembok besar itu, akan dibuka selebar-lebarnya, kemerdekaan menunggu di depan dan berjalanlah lurus jangan menengok ke belakang lagi. Mudah bukan? .

 Tapi merdeka dari keinginan-keinginan hati, merengkuh segala benda yang ingin dimiliki ; rumah,  kendaraan, tabungan, deposito dan segudang emas di lemari besi. Jalan-jalan keliling Indonesia, lalu keliling Asia, keliling dunia. Apa lagi  ?.

Ingin mendapat kerjaan bergengsi,  gaji tinggi, bonus plus plus. Bisa mendapat  pasangan hidup yang diimpikan. Bisa pakai baju, sepatu, kacamata, jam tangan bergengsi. Bisa menyemprotkan parfum merek berkelas. Bisa pakai perhiasan bernilai. Apa lagi  ?.

Keinginan manusia tak pernah ada habisnya. Setelah dapat pekerjaan ingin dapat pekerjaan, ingin dapat kedudukan, lalu jadi pejabat, lalu jadi penguasa yang berwenang, kalau terlalu cepat naik tinggi kemudian ada kecenderungan, lupa diri. Manusia seperti suka khilaf, lupa diri,  saat berurusan dengan keinginannya sendiri.

Awalnya saat baru mendapat rejeki sedikit, relatif gampang bersyukur dan berbagi. Namun setelah mendapat rejeki berlebih, biasanya mulai pelit dan berhitung saat berbagi. Disinilah, ada sifat misterius dari keinginan insan manusia.

Ibarat kecambah jamur, keinginan manusia berkembang sangat cepat dan banyak saat musim penghujan. Padahal saat kemarau, paceklik rejeki, bisa menahan diri, mampu bersabar. Jadi pribadi yang elok. Namun begitu ada celah peluang sedikit saja, sebuah keinginan terkabul menjadi nyata. Manusia cenderung lupa diri, mabuk nimat.

Disinilah, keunikan manusia, cerdas rajin berbudi saat tak punya apa-apa. Kemudian lupa diri, saat dimanjakan kelebihan. Bisakah kita mengendalikan keinginan, agar pedati  jiwa murni kita tidak dibawa lari brutal tak terarah, oleh sapi-sapi keinginan kita  ?.

Ada caranya, kalau  kita berkenang, merenung sedikit, mengevaluasi diri. Mau mengenali diri lebih dalam dan serius. Agar di masa depan kita tak terpenjara KPK karena tak bisa menahan diri dari hasrat korupsi. 

Cobalah simak baik-baik, mereka yang masuk jadi narapidana korupsi, umumnya pejabat atau pengusaha yang lahir dari keturunan yang sudah kaya
 Beberapa tidak sekedar kaya, justru teramat kaya. Apa yang membuat berbeda  ?

Terlihat jelas mereka, pelaku kejahatan korupsi, sejatinya sudah punya semuanya
 Harta berlimpah, pasangan hidup seperti dewa dewi sempurna.umumnya punya kekayaan milyaran rupiah. Semilyar saja, artinya sudah ribuan juta. Apapun bisa dibeli. Makanan selezat apapun. Semahal apapun, tapi ada yang tak bisa dibeli  yaitu rasa kenyang itu sendiri.

Bila kita berkaca pada kehidupan para pertapa. Ada yang tapa ngluweng,  tapa dalam gua atau dikubur berhari bulan. Atau tapa ala kelelawar di atas pohon, di tepi laut, di tepi sungai, mereka bisa tahan tidak makan berhari-hari. Ada pertapa yang bisa bertahan nyaris 40 hati diatas pohon gayam. Hanya makan gayam, tapi bisa sehat dan kuat bertahan sampai akhir. Walau. Kehilangan 17 kg berat tubuhnya, tapi sehat wal afiat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline