Tergilas di lindas jalur antar lintas sumatera
entah oleh truk tronton
Entah oleh mobil mewah cc besar
Fourwheel drive
Mungkin ditabrak malam gelap tadi
Atau pagi tadi saat berburu buah dan daun muda.
Bulu bulunya dipermainkan angin aspal kembara
Bisa jadi ibunya sedang panik mencari
Kekasih hatinya mengamuk gila
Kehilangan raung girang
Sapa ramahnya
Di hutan sunyi
Suci menolak laju peradaban
Tapi tenggelam
Terseret perubahan waktu
Mengingat
Diingat
Dilupakan jaman
Sebenarnya bukan soal
Buat kita yang siap
Jadi fosil nir arti semesta
Meski terpukul
Dan mengindari bangkai monyet naas
Dalam perjalanan pulang,
Kembali Kutemukan jasad monyet lain
Lebih gepeng
Lebih koyak moyak
Dramatis
Dari yang pertama
Bila hari ini saja
Kulihat dua remah jasad monyet malang
Di jalan perantau
Di luar peta GPS nurani kembali ke jalur lurus natural lagi
Lalu, saat rehat
Dibelakang hotelmu saat ngopi tadi
Masih kita lihat sepasang monyet bercinta
Dan satu bayi kecilnya
Melompat lompat di pohon karet
Ribuan hektarmu
Lalu ketiga monyet teman ngopi kita tadi
Makan apa
Bila semua hanya karet
Dan daun kering,
Bila akhirnya mereka memutuskan menyeberang jalan. Lintas dan pegat nyawa
Siapa. Musti disalahkan
Si pembuat jalan mulus lembelah hutan
Sopir yang sombong dengan power mesin mobilnya
Atau binatang berekor peyebrang naas itu
Bisa jadi monyet monyet lucu teman ngopi sebelum berangkat tadi, berniat mengambil dua jasad malang sebelum jadi debu, dilupakan tak berarti, tapi mana berani, mobilmu berlari terlalu kencang, dan siapa perduli, walau cuma monyet bisa.jadi mereka tak ingin gampang punah, pupus cerita.
Bisa kau bayangkan sebuah dunia sepi, tanpa ayunan di pohon dan pekik khas yang membuat dunia hutan memorimu tak sepi nanti
Ah, Monyet !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H