Dimatamu saat menatap mata takjubku
Bercerita banyak akan sejarah rasa
Yang kau pelihara
Dari jalan terjal berbatu
Merah lumpur saat hujan
Menuju kampung pujaan hatimu
Disana
Tak ada rindu katamu
Yang ada hanya selalu ingin ketemu
Cahaya kunang kunang
Kala senja menjemput
Malam tiba bertandang pulang
Kini kunang kunang dimatamu
Nyaris punah
Kalah oleh pendar lampu Hape
Lalu transmisi gelombang elektromagnetik
Membuat Kunang kunang jantan
Salah menangkap sinyal sang betina,
Sinyal ingin bercinta sampai aohir jaman
Justru ditangjap tanda bunuh diri massal
Semua punah
Hilang raga
Hilang bahagia
Disapu bias buruk revolusi dijital
Aku masih mencari
Sinyal kunang kunang kuning
Dimatamu,
Tapi tatapanmu berair
Bukan oleh air mata
Tapi kena radiasi
Layar jaman edan
Lalu bagaimana
Kita bisa kembali
Menemukan sarang hangat
Cahaya asmara
Bila kunang kunang dinatamu
Telah pergi pindah dimensi
Tidak ke. Masa depan
Tidak ke masa lalu
Kunang kunang
Makhluk waktu
Kerlip cahaya kuningnya
Selalu diburu
Petualang waktu
Dijala
Ditangkap
Dimasukkan bumbung kayu
Jadi bahan bakar pelambat detik jam pasir
Karena setiap kali
Kunang kunang masih bisa berkerlip
Dimatamu,
Aku tahu
Usia romansa kita
Masih bisa bertambah satu kerlipan abad lagi
Jaman bercinta tanpa takut mati
Hei gadis bermata kunang kunang
Biarkan aku mengabdi penuh
Padamu
Pada cahaya keabadian
Kerlipan kunang kunang
Kuning mungil
Biar cuma secercah
Hadirmu
Membahagiakan insan sejagat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H