Setengah iris bola tenis hijau hitam
Yang kau tinggal di rumah duniamu
Saat kau pulang ke pendopo ageng
hingga 7 hari 7.malam
Tak kunjung kembali
Bikin hati kami gemetar diremas remas
Apakah bahagia jadi tilam suci
Di tempat tidurmu
Yang diterangi nur hangat semesta
Apakah pikiranmu berkecamuk
Berlintasan memori akan memori fana disini
Setengah iris bola tenis hijau hitam
Yang kau tinggalkan di teras rumah
Adalah wasiat tanpa kata
Adalah jimat tanpa mantera,
Sebab tak ada secuil emas
Berlian
Uranium berharga di titik terbang tinggimu
Yang ada cuma buku buku tua
Pamflet pentas terakhir
Lukisan aneka aura wajahmu
Yang menyembunyikan bola mata
Hitam misteri,
Semua menatap tajam
Memyayat kepada jiwa jiwa rapuh
Dan tak setia
Setengah iris bola. Kasti hitam hijau
Yang selalu kau remas remas
Menghilangkan kebas
Dan tegang otot lengan
Saat cuci darah
Berjam jam
Dalam dekade hidupmu
Setengah iris bola kasti hijau hitam
Kau tinggalkan buat kami
Apakah setengah sisa bolanya
Kau bawa
Lalu kau remas bahagia
Lepas siksa nyeri,
Sama bidadari surga
Bertampang cihuy
Berbodi model profesional disana
Kenapa yang kau tinggalkan
Cuma seiris,
Bila pisau pikir
Pembelah sukma
Begitu tajam
Begitu mengancam keselamatan batin
Tapi penuh cinta welas asih
Setengah iris bola kasti hijau hitam
Ditangan kami
Setengah iris sisanya
Kau taruh jadi tetikus pembuka portal
dimensi rahasia
Dimana kewarasan
Imajinasi
Dan momentum maha daya logika
Acap beku
Kaku
Taat peta jalan kuno,
Inilah waktunya
Meremas remas setengah iris bola nurani
Tersisa
(Rest in Peace Radhar Panca Dahana, kakak-sahabat-lawan-guru-teladan nalar dan cakrawala keluasan kebahagiaan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H