Lihat ke Halaman Asli

gurujiwa NUSANTARA

pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

Hujan Ekstrim, Pawang Hujan (Tak) Perlukah?

Diperbarui: 25 Februari 2021   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)

Ada kongres Pawang hujan tertutup.  Diam diam. Tak banyak pihak yang tahu.  Rupanya,  selama ini ada rumor dua golongan besar yang susah menyatu,  berkait spesialisasi keahlian mereka. Satu golongan ahli menolak hujan,  satu golongan lagi sangat ahli mendatangkan hujan.

Setelah berdebat cukup sengit,  dalam musyarah besar tapi dirahasiakan itu didapat kata sepakat,  bahwa mereka akan saling menginfo di grup WA,  saat dapat job menolak atau mendatangkan hujan,  agar tidak tumpang tindih dan saling menjatuhkan. Lalu disusunlah SOP --Standar Operation Procedur-- pawang hujan,  termasuk soal perang tarif, tidak diijinkan lagi.  Sampai mereka membuat --kopahu-- koperasi pawang hujan. Demi meningkatkan kesejahteraan semua.

Selesai musyarah soal hujan,  pertemuan akbar itu ditutup dengan penuh khidmat dan wibawa. Isu kudeta dan perebutan posisi ketua bisa dieliminasi dengan manis.

Tiba waktu pulang,  ketika para pawang hujan, bersiap siap untuk pulang. Sekonyong konyong hujan turun dengan amat derasnya,  sehingga membuat rombongan besar sulit pulang. Mrereka menggerutu,  kembali, mereka terpecah dua kubu.   Kubu pawang,  penolak hujan menuduh kelompok pendatang hujan sedang pamer ilmu mereka. Sedang kelompok pawang pendatang hujan merasa, hujan itu,  bukan kerjaan mereka.dan tidak terima dipojokkkan, didepan umum seperti itu.
Kedua golongan ribut besar,  mereka nyaris gontok gontokan.  Mereka masing masing menuntut digelar Kongres Luar Biasa Pawang Hujan lagi.

Untung sang pembina, yang merupakan pejabat dari BRPH --Badan Resmi Peramal Hujan-- bahwa hujan deras kali ini,  bukan kerjaan pawang hujan.  Melainkan upaya rekayasa hujan dengan menaburkan 2 ton garam lewat pesawat udara.
Oh,  semua pawang Ternganga. guru guru sepuh mereka dahulu belum mengajarkan ilmu bikin hujan secanggih itu. Pelan pelan mereka rukun kembali.  Pembina pun lega,  tidak perlu ada Kongres Luar Biasa Pawang Hujan lagi. Ketua Pembina pun tanggap,  demi menghangatkan perdamaian dua kubu. Lalu memerintahkan disajikan cangkir kopi hangat untuk semua pawang,  sambil menunggu hujan rekayasa selesai jatuh. Mereka ngopi tanpa grogi dan menambah cangkir demi cangkir kehangatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline