Lihat ke Halaman Asli

Saufi Ginting

Pegiat Literasi

Kuharap Selipan Doa, Bukan Puisi

Diperbarui: 16 Februari 2022   05:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi di Depan SMP Negeri 3 Kisaran, Jln Madong Lubis. Foto diambil oleh Saufi Ginting

Saban pagi hujan selalu menyapa sebelum mentari, Sayang
Betapa petrikor tak muncul pada tanah berdindingkan rumput teki
Hingga doa-doa yang selalu kau tancapkan
Bersama ode penuh simpati
Menyemai hingga sanubari

Tetangga kita yang petani, meski berpancaran air di wajahnya
Keringat mencari jalan  
Tak peduli ia pada hujan, Sayang
Baginya, hujan tetaplah hujan
Ladang mesti diolah pagi dan petang
Apa yang menjadi doanya ya, Sayang?

Ia tekun menggemburkan tanah peraduan
Memupuk ribuan doa pengharapan
Pada kekasih hati di penantian
Aku jadi teringat Sujiwo Tejo,  Sayang
Tahukah kamu orang yang paling tak berperasaan? Katanya
Dia yang jauh dari kekasih di saat hujan, 
tapi tak menghasilkan puisi

Agh, aku berharap saban pagi menjadi selipan doa, Sayang
Bukan puisi
Sampai mati
titik

Saufi Ginting
Rumah Azka, Kisaran




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline