Usia pernikahan yang masih di bawah enam tahun itu, penuh dengan aneka dinamika. Mesra tingkat tinggi menjadi iri penonton, namun sering pula pertarungan tak kasat mata menjadi teman setia. Padahal, bila diurut-urut, sesungguhnya bahagia lebih banyak ketimbang tak bahagia. Begitulah kira-kira menyimpulkan novel Loveliest Misfortune, yang ditulis Nurul Izzati pada tahun 2019.
Novel ini merekam kisah pasangan suami istri yang baru berusia lima tahun pernikahan. Tentu menjadi asyik untuk dibaca bahkan direnungi perjalanannya dalam setiap bab. Tokoh Reivan yang meski menurut Ibunya tak peka, begitu dihadapkan dengan cinta dan keluarga (istri dan anak) berubah 100 derajat.
Tokoh Adelina, yang masa mudanya tangguh, begitu pun dihadapkan dengan keluarga (suami dan anak) akan berubah 100 derajat.
Menariknya, konflik peran yang selalu diperbincangkan dalam kehidupan, diangkat oleh penulis dalam buku ini. Yaitu bekerja dan mengurus rumah tangga, ditambah pula harus menjalani hubungan Long Distance Marriage (LDM). Hubungan LDM ini pula yang menimbulkan kekhawatiran di hati Adelina akan kepercayaannya terhadap kesetiaan Reivan dalam menjaga hubungan mereka. Apalagi, muncul pula masalah yang berasal dari karyawan Adelina terkait hubungan rumah tangga. Sikap Adelina yang posesif, mengatur Reivan sejak SMA untuk ikut apa saja keinginannya menjadi keunikan sendiri dalam cerita novel ini. Selain itu, dengan memanfaatkan alur maju mundur, semakin membuat novel ini menjadi apik.
Contoh-contoh konflik rumah tangga yang dihadapkan penulis kepada pembaca melalui tokoh Adelina sangat beragam. Ini juga menjadi kekuatan dalam tulisan ini.
Saya menggaransikan betapa bahasa yang digunakan penulis dalam bercerita begitu indah. Sayang rasanya untuk menerapkan teknik membaca cepat baik scanning atau skimming dalam membaca tulisan ini. Bagi saya, di sini letak kepiawaian dan kelebihan Nurul Izzati membumbui tulisannya menjadi apik untuk dibaca, sungguh luar biasa.
Dengan latar belakang pendidikan penulis di bidang kesehatan, kemudian terdampar di dunia pertambangan, membuat setting keluarga yang sedang Long Distance Relationship (LDR) dan LDM ini pun menjadi menarik. Meski justru ini menjadi kelemahan cerita, sebab latar tempat pada dunia pertambangan yang diceritakan penulis tak dapat tergambar dengan baik di kepala. Pembaca hanya diajak menembus imaji penulis sendiri, tanpa mampu mengajak pembaca ke tempat itu.
Memang, pesan-pesan yang tersampaikan mengena. Tentu sebagai pembaca saya menyarankan bagi pasangan muda usia pernikahan, pembelajaran dalam novel ini, dapat dijadikan ingatan. Kisah-kisahnya mengingatkan saya pada sinopsis sinetron yang pernah saya baca berjudul Layangan Putus dan masih viral . Bila boleh menyimpulkan pesan berdasarkan bacaan saya terkait sinetron yang viral itu terhadap buku ini, maka menjalankan bahtera rumah tangga tak boleh putus layangnya. Tentu tak alasan pasangan suami istri berada dalam hubungan toksik.
Di antara nasehat-nasehat terbaik yang dapat kita kuatkan adalah menurunkan ego pribadi, mendengarkan pendapat orang tua, sahabat, dan terpenting ada anak keturunan yang harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam pernikahan.
Dari sisi kualitas buku, keterbacaan, sungguh enak. Akan tetapi bila pembaca jeli untuk menemukan kekurangan lainnya, seperti salah ketik pada halaman tertentu, meski tak begitu fatal, tapi ini menjadi catatan.