Aku mengeja setiap kata yang kau tumpahkan di dadaku. Sesak rasanya mengetahui kata itu berubah menjadi kalimat, hingga paragraf yang menusuk-nusuk, menggelembungkan resah hingga menua wajah. Sudah lama sekali rupanya kisah ini padam, hingga aku tak pernah berpaham.
Apakah setiap kata dan kalimat yang kau tumpahkan itu dapat menjadi pedoman untuk aku terus berdiam dengan detak jantung yang penuh ketidakberdayaan? Aku berkeluh, bukan berarti aku tak sanggup memburu. Tidak. Aku berpaham agar setiap dendam tak meluluhlantakkan peradaban.
Kelak, percayalah. Kau akan bertekuk dada hingga meluruh rindu hanya padaku. Setiap hembusan nafasmu menjadi rasa yang memalu. Aku tak pernah berhitung apa pun tentang ini. Percayalah, selagi aku sedang menyusun rencana dan aksi itu, Tuhan pun sedang meminta para malaikat untuk mencatatkan setiap kisah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H