Lihat ke Halaman Asli

Saufi Ginting

Pegiat Literasi

Eloklah, Selamanya

Diperbarui: 12 Januari 2022   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku harus memaksakan diri untuk hadir di sana, dengan hatiku, setidaknya. 

Bila tak dapat ragaku menepiskan rindu yang semakin pupus, maka biarlah doa-doa menjadi jawab setiap tanya yang selalu menusuk dan meremukkan dada.

Aku harus membuktikan bahwa ketiadaan diri adalah keberadaan yang mampu menjadi penopang segala macam kekalutan hingga terbit kekuatan. 

Meski hilang senja berganti malam, tak ada gentar yang mencengkram. Aku harus pergi, menelusur jejak mimpi. 

Senja telah menuakan raga, tapi tidak hati. 

Biarlah semakin berbijaksana, bersangka bahagia pada setiap geliat yang tak menentu. 

Meski ia kemudian menjadi getaran yang menerbitkan kegundahan, atau seperti air bah datang di musim kemarau, tak apa. Biarlah semua menjadi usaha yang tergenapkan. Menuju Tuhanku.

Aku harus. Demi sebuah keharusan yang harus kuwajibkan. 

Akulah yang akan menghentikan badai di tengah kerancuan kehidupan, di antara genderang ketakutan dan ketakpastian, aku harus memamah resah, membunuh gelombang. 

Meski terpental, dan kembali lagi ke hadapan, aku harus. Harusku adalah kenisbian. 

Demi gelisah yang tak bertuan, aku harus mengentaskan rela atas kuasa yang tak berpaham. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline