Lihat ke Halaman Asli

Azka NaaziraWardhana

Pelajar Sekolah

The Library of Roses (4)

Diperbarui: 19 Oktober 2023   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Wakil keluarga Mawar Merah akan meninggal dalam kurun waktu dekat."

BRUKK

"Astaga, yang mulia!" 

Circe segera berlari ke arah Lysander yang terjatuh dalam keadaan penuh keringat dan tangannya mengalir dengan darah. 

"Saya tahu anda sedang panik, tapi bolehkah saya mengambil beberapa tetes darah segar ini?"Meski Circe mencoba menyembunyikan niatnya di balik raut muka cemas, matanya yang berbinar tidak bisa diartikan lain.

"Circe!" Lysander berdecak. Bagaimana mungkin perempuan yang ia anggap gila itu mengincara darahnya di masa-masa seperti ini. "Ah, baiklah, ambil aja semaumu."

"Terima kasih tuan. Sebagai gantinya izinkan saya untuk menawarkan obat manjur yang pernah ibu saya buat untuk mengatasi panic attack dan mengatasi pendarahan di tangan anda." 

"Oh, iyakah?" 

Lysander mencoba untuk bersandar di salah satu rak buku. Badannya lemas, tidak bisa digerakkan. Bahkan matanya hanya bisa dibuka setengah. Kaget karena informasi terkutuk yang barusan ia baca dan darah segar yang mengalir dari tangannya seperti air terjun. Terlalu banyak untuk diproses dalam satu waktu. Ia bahkan tidak melihat seringai Circe yang terpasang permanen. 

Penasaran dengan obat yang ditawarkan oleh Circe, pangeran membuka matanya perlahan-lahan sembari menyeka keringat dingin yang terus mengalir. Dan disaat tarian cahaya penerangan perpustakaan sudah mulai berhenti, Lysander dikagetkan oleh hal yang baru lagi. 

Circe menciumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline