Lihat ke Halaman Asli

Azka NaaziraWardhana

Pelajar Sekolah

The Library of Roses - Prologue

Diperbarui: 16 Oktober 2023   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Hujan meteor langka yang hanya terjadi setiap 1000 akhirnya turun kembali. Awan malam terbelah dan menunjukkan langit bertaburan bintang-bintang. Malam itu, tidak ada yang berencana tidur. Momen langka tersebut siap diabadikan di dalam memori ataupun kamera mereka. 

Tepat tengah malam, hujan meteor yang dinanti-nanti telah dimulai. Tidak ada hembusan nafas, hanya desiran angin sepi membisikkan ketentraman pada hati para pengamat malam. Sudah menjadi tradisi bagi para pengamat malam untuk membisikkan hajat dan harapan mereka semalam suntuk. Satu meteor yang melintasi mata mereka bak satu permohonan dikabulkan. Mata terpaku melihat keindahan alam dan mulut membisikkan hajat bagaikan mantra berulang kali. Sungguh pemandangan yang menakjubkan.

Dua orang yatim piatu juga turut mengamati indahnya malam tersebut. Mereka memilih tempat sunyi di atas tebing, dimana hanya mereka dan desiran angin yang mendengar hajat mereka. Kedua orang tersebut amat sangat menginginkan hangatnya pelukan keluarga. Namun di malam spesial tersebut, hajat mempunyai keluarga tetiba mulai sirna. Seperti terhipnotis benang-benang takdir yang menari-nari di depan iris, mereka memohon permintaan lain.

Permintaan yang selama ini belum pernah mereka utarakan.

Permintaan yang bahkan tidak pernah terlintas di benak mereka.

Kemampuan untuk menjadi manusia terpintar, tercerdas dan tersohor seluruh dunia.

Permintaan mereka pun langsung dikabulkan. Dua meteor tetiba bergerak mendekat, melewati batas dan jalur yang sudah ditetapkan. Mendekat, mendekat dan mendekat. Salah satu dari meteor tersebut jatuh di bagian timur, sedangkan yang kedua jatuh di bagian barat. Seperti tertarik oleh naluri, kedua anak tersebut berpisah dan mengikuti arah jatuhnya meteor tersebut. Anehnya, bukan bongkahan batu angkasa yang mereka temukan. Namun dua perpustakaan antik terbuat dari meteorite.

Perpustakaan di timur adalah tempat yang berisi pengetahuan dan pencerahan tanpa batas, dengan buku-buku yang memberikan hikmat dan harapan bagi mereka yang membacanya. Buku penuh dengan pengetahuan tanpa batas.

Sedangkan perpustakaan di barat adalah tempat yang berisi pengetahuan terlarang dan keputusasaan, di mana buku-buku terkutuk mengungkapkan rahasia kelam, masa depan yang suram dan menggoda pembaca hingga gila. Buku berisi kutukan dan mantra terlarang. Secara umum kedua perpustakaan ini merupakan sumber mencari informasi yang unggul dan handal, hanya saja informasi yang mereka sajikan bertolak belakang. 

Dimana perpustakaan timur adalah sumber pengetahuan dan pencerahan secara murni dan suci. 

Dan perpustakaan barat penuh dengan ramalan suram dan kutukan terlarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline