Lihat ke Halaman Asli

Pseuda Kemenangan

Diperbarui: 13 April 2016   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyakit kemenangan adalah lupa diri. Lupa untuk bersusah payah menjaga kemenangan. Kita pun bisa menyaksikan para pemenang yang kemudian terjungkal menjadi pecudang. Mike Tyson contohnya. Petinju ini di atas ring begitu garang , upper-cutnya mematikan. banyak lawan bergidik jika berhadapan dengan dia.

setelah merasa tidak terkalahkan, dia seperti tidak bisa melihat adanya kemungkinan munculnya kekalahan di depan mata. Awal kekalahannya ketika dia tidak bisa mengendalikan gejolak seksual. fokus tandingnya jadi kacau dan Evander Hollifield pun menjadi petinju yang berhasil meng=KO kan Mike Tyson. Inti dari kemenangan itu sendiri adalah ketika seseorang bisa konsisten. Selain itu bisa menikmati apa saja yang menjadi komitmennya. tidak peduli hasil yang diperoleh seperti apa. 

Allahu Subhanahu Wa Ta`alaa memang menilai seorang hamba dari sikap konsistennya, Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam QS Fusilat :30 Yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “Tuhan kami ialah Allah Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih ; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fusilat: 30) Abu bakar radhiallahu `anhu dan mujahid radhiallau`anhu berkata tentang ayat “istaqamu” adalah istiqomah (konsisten) di atas  tauhid. Ibnu Abbas, Al Hasan, dan Qatadah menyebut  istiqamah sebagai dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah. Abu `Aliyah dan As sudi memahami istiqamah sebagai ikhlas dalam beramal sehingga maut menjemput. Redaksi dalam ketiga mengandung spirit sama. Terus menerus untuk taat. bahkan As Sudi  dan Abu `Aliyah  mengaitkan konsisten dengan Maut. Rasulullah saw bersabda, “Janganlah seperti si fulan, dulu dia melakukan sholat malam tetapi sekarang tidak melakukan lagi.” (H.R Bukhari).

Ini sebuah sindiran sekaligus celaan. Apa kabar Ibadah Kita? Apakah masih bersemangat seperti beberapa waktu lalu di bulan Ramadhan? Ataukah hanya singgah mampir sebentar , lalu pergi selamanya?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline