Lihat ke Halaman Asli

Merefleksikan Esensi Kemerdekaan

Diperbarui: 18 Agustus 2024   03:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 79.

Dihari yang Penuh khidmat ini, marilah kita sedikit merenung. Pada momentual kali ini, kita memperingati 79 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Kemerdekaan Republik Indonesia bukan sebuah pemberian atau hadiah yang didapatkan secara cuma-cuma. Dalam upaya mendapatkan kemerdekaan, banyak sekali para pendahulu kita yang mengorban segenap jiwa dan raganya untuk ibu pertiwi. Ada harapan serta cita-cita yang dititipkan para pendahulu bangsa agar kelak generasi penerus bangsa bisa merawat dan mempertahan khittah perjuangan kemerdekaan Indonesia.  Dalam puisinya Wiji Thukul, ada banyak pesan yang tersirat seperti;

Sebuah bank memasang iklan
Ukuran setengah halaman koran, teriaknya: Dirgahayu Republik Indonesia

Dengan huruf kapital
Iklan itu juga memekik-memekik: MERDEKA MERDEKA MERDEKA

Sementara itu ratusan aktivis
Di Daerah dan di ibukota ditangkapi

Sebuah iklan
Ukuran setengah halaman koran
Menggusur kenyataan yang sewenang-wenang
Yang seharusnya di beritakan

MERDEKA MERDEKA MERDEKA
Siapa yang merdeka ?

Dari puisi diatas menggambarkan Bahwa Republik kita telah lama merdeka namun, esensi dari kemerdekaan itu sendiri rasanya hanya sebatas bayangan belaka. Dalam rangka memeriahkan kemerdekaan ke 79, negara mengeluarkan biaya sekitar RP. 87 Miliar dalam menyelenggarakan upacara di IKN. Para pejabat negara menikmati glamournya kemewahan sehingga meninggikan eksistensi dari kemeriahannya ulang tahun Republik Indonesia ke 79 di IKN. Padahal, di pelosok negeri banyak sekali penyelengaraan upacara HUT RI yang sangat sederhana bahkan kesulitan biaya dalam menyelenggarakan upacara. Saya sudan merdeka, tapi Republik ini belum sepenuhnya merdeka. Dimana letak esensi kemerdekaan itu sendiri kalau nyatanya para pejabat negara hanya menjunjung tinggi eksistensi dari kemerdekaan. Ada banyak rakyat yang masih tertindas ole bangsanya sendiri. Ada pendidikan yang belum menyinari pelosok negeri. Ada pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya di nikmati rakyat. Dalam memperingati kemerdekaan ini, izinkan saya berpendapat bahwa Republik ini belum sepenuhnya merdeka dan rasanya kita hanya berganti penjajah. Maka dari itu, mari kita saling berintropeksi sehingga kita dapat sama-sama memperbaiki dan merawat kemerdekaan agar kelak kemerdekaan bukan hanya sebatas momentual yang dimaknai dengan perayaan upacara saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline