Pernahkah Anda, di sela langkah mengiringi jenazah seorang teman, saudara, atau tetangga, tiba-tiba merasa hening ? Di tengah kesibukan prosesi, di antara doa-doa yang lirih, ada ruang dalam diri kita yang mendadak kosong, terisi hanya oleh satu pertanyaan sederhana namun mengguncang :
" Bagaimana kalau hari ini saya yang diantar ke liang lahat ? "
Mungkin bukan pertanyaan yang ingin kita jawab.
Tapi ia datang, tanpa diundang, mengajak kita merenung---bukan untuk takut, melainkan untuk sadar.
Jalan Pulang yang Pasti
Kematian bukanlah rahasia. Ia adalah kepastian, meskipun kita sering lupa. Dalam perjalanan hidup yang penuh dengan target dan ambisi, jarang sekali kita berhenti untuk bertanya : " Sejauh mana persiapan saya untuk pulang ? "
Saat seseorang pergi, ia meninggalkan sesuatu---bukan hanya kenangan, tetapi juga cermin. Kita melihat diri kita sendiri dalam kepergiannya :
- Apakah hidup saya sudah berarti ?
- Adakah jejak kebaikan yang akan orang lain kenang ?
- Sudahkah saya berbuat cukup untuk bekal perjalanan saya sendiri nanti ?
Apa yang Sebenarnya Kita Bawa ?
Ketika tubuh kita akhirnya terbaring dalam keranda, semua yang kita banggakan akan tertinggal. Harta, jabatan, bahkan popularitas tak akan ikut serta. Yang abadi hanyalah tiga hal :
- Kebaikan yang kita lakukan, meski kecil dan tanpa pamrih.
- Doa dari mereka yang mencintai kita.
- Amal yang kita titipkan pada kehidupan ini.
Semua ini bukan perkara besar atau kecil, tetapi perkara tulus dan ikhlas.