" Ibuuuuu !!!!!, KECOA !!! "
Putri menjerit, lompat lompat dan lari tunggang langgang menghanpiri ibunya yang sedang memasak.
" ada apa sih nak? " tanyanya halus dan sambil berjongkong sembari memegang kedua bahu anaknya yang nampak ketakutan.
"KECOOOA IBU, KECOA, IA MENYERANG KU IBU " ceritanya masih dengan nada keras membentak, menangis dan gemetar.
Ada ketakutan, ada kemarahan, ada emosi di wajahnya, ini bukan kali pertama putri merasakan dirinya terancam dengan pasukan kecoa di sekitar rumahnya, bahkan baginya ke kamar mandi itu adalah sebuah aksi paling nekad merasa ke sarang musuh.
Putri adalah anak yang baik, anak yang ceria, periang dan sangat menggemaskan untuk seorang anak seusianya, ia sangat pintar dan selalu juara disekolahnya dan temannya banyak.
Semua mendadak berubah saat ia sadar bahwa hidupnya tidak lagi aman, setiap hari dan setiap waktu ia merasa terancam dan dimata matai kerajaan kecoa.
Celakanya bahwa kerajaan kecoa itu berada persis di rumah putri, " andaikan ayah bisa beli rumah baru, biarlah rumah ini buat kerajaan kecoa gila itu!!! " imaginasi dan khayalan ini yang sering terbersit dalam pikirannya.
Lagi lagi ia harus menyesal saat mamahnya bilang " putri..., kecoa itu tidak apa apa, ia itu binatang kecil, lawan aja " katanya.
" ach ibu tidak tahu sih, kecoa itu benar benar memusuhi ku, ia selalu aja hadir dimana saya berada bu, ia pasti dendam " katanya
Lanjut putri, ia marah mungkin dulu aku bunuh temannya mah saat dikamar mandi seperti yang mamah bilang, " ia sekarang kalau menyerang ramai ramai bu " keluhnya.