Lihat ke Halaman Asli

Aziz Aminudin

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Penting Guru PAUD Menggambil Hati Anak

Diperbarui: 3 September 2019   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : TK ABA Pasarbatang

Parenting -- Memasuki hari pertama sekolah tentu menjadi hal yang menantang bagi seorang anak, ada banyak rasa yang bisa jadi dirasakan anak, dari semangat, penasaran, keingintahuan sampai dengan rasa negatif seperti rasa takut, cemas, gelisah dan lain sebaginya.

Tentunya hal ini seringkali menjadikan anak mengalami beberapa gangguan prilaku, salah satunya gangguan rasa aman dan nyaman, beberapa anak relatif menjadi sensitif dan muda menangis disekolah, ia tidak mudah berbaur dengan teman -- temannya.

Biasanya anak akan mengambil sikap menangis da tidak mau masuk sekolah kecuali harus didampingi orang tuanya, maka tak jarang disekolah -- sekolah anak baik Taman Bermaen ( TB ), Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) maupun Taman Kanak -- Kanan ( TK ) pada saat awal kelas banyak orang tua yang tertahan dan ditahan anak -- anaknya untuk tetap menunggui anak sampai selesai.

Bahkan beberapa anak ada yang harus ditunggui sampai ke dalam ruang kelas sampai akhir kelas. Apabila kebutuhan anak akan rasa aman dan nyaman ini tidak terpenuhi maka bisa jadi anak akan mengalami trauma dan justru tidak mau sekolah atau tidak optimal dalam belajar dan bersosialisasi di sekolah.

Perlunya mengenalkan profil sekolah sebelum anak sekolah.

Sejauh pengalaman saya untuk kedua anak saya adalah saya jauh hari minimal ya 6 bulan atau bisa 3 bulan dan idealnya 1 tahun sebelum anak masuk sekolah ia sudah mulai dikenalkan dengan profil sekolah yang akan dijalani.

Tidak harus nama atau tempat sekolahnya, kalau sekiranya belum memiliki pilihan tempat sekolah yang tepat. Tapi mengenalkan bahwa taun depan ia akan masuk usia sekolah menjadikan anak menjadi semacam terprogram bahwa ia akan masuk sekolah tingat tertentu. Saya menjelakan detai apa yang akan dilakukan bagaimana ia akan senang dan bagaimana ia akan bahagia bersama teman -- teman baru.

Ia mulai dikenalkan bahwa akan bertemu banyak orang yang baru, dan nanti mereka akan menjadi teman bermaen da akan menjadi teman belajar, bagaimana baiknya berprilaku, sampai keungulan versi anak yang saya berikan.

Sebut saja putri saya yang ke dua, karena sebelumnya saya sudah arakan ia masuk ke PAUD A tempat dulu kakaknya sekolah  sebelum ia akhirnya minta mondok saat masuk sekolah dasar ( minta mondok yah.... bukan disuruh mondok hehehehe ).

Ia sangat antusias 6 bulan sebelum masuk usia sekolah, pada waktu tertentu ia selalu menanyakan "kapan salsa sekolah yah ?", "saya mau sekolah di ****** ( sensor ) hehehehe ". Ternyata ditengah perjalanan ternyata kami menganggap pola pendidikan di PAUD A tidak sesuai dengan harapan, baik dipola pendidikan dan pengelolaan managemennya, sampai pada satu pilihan pertama kami harus dinyatakan tidak boleh mendapatkan ijazah padahal telah menyelesaikan belajar sampai selsesai bahakn semua biaya telah dipenuhi dan dimintai uang kenang -- kenangan sementara ijazah sampai hari ini juga tidak diberikan, alasannya karena tidak melanjutkan di PAUD A kelas B sesuai saran pihak pengelola.

Menariknya putri kedua saya sudah terlanjut terhipnotis, terlanjut kepincut dengan sekolah kakaknya di PAUD A, dan tentu tidak mudah mengubahnya mengingat ia sangat berkeinginan mengikuti kakaknya di PAUD A dan langsung masuk ke Pondok Pesantren dimana sekarang kakaknya sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline