mungkin itu kata yang cocok untuk nyinyirin seseorang yang punya hobi aneh. aneh disini bermakna tidak seperti keumuman kebanyakan orang. betapa tidak, disaat orang kebanyakan memiliki hobi traveling, shoping, touring, hicking, camping, driving, riding, editing, writing, dan lain sebangsanya. ada seseorang yang enggan disebutkan nama namun memiliki hobi justru menerima (baca : menampung) bocah-bocah termarjinalkan yang bisa dibilang minim bekal ilmu agama, kegiatan itu biasa disebut muruk ngaji yang ia jadikan sebagai hobi.
terlalu lebay dan norak memang terlebih bagi yang tidak respek atau beda paradigma akan sebuah hobi aneh. bukan tanpa kesibukan, ia juga punya kesibukan lain seperti berkebon dan aktifitas lainnya. namun ia selalu menyisakan waktu magribnya untuk menyalurkan hobinya. disebut sebagai hobi karena pernah sesekali dialog dengan beliau tentang motivasi muruk ngaji usai magrib selalu dijawab "ya sekedar hobi saja, gak ada lainnya" saat ditanya.
bahkan, ia sengaja menambah bangunan disamping rumahnya yang dikhususkan untuk kegiatan menopang hobinya, bukan saja utk muruk ngaji, tapi dijadikan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti Jamiyyah tahlilan bergilir, kumpulan pemuda setempat, musyawarah tukar pikiran, dan lain sebangsanya. bangunan semi permanen berlokasi di dekat sungai tersebut diberi nama "Kandang Ilmu".
Lebay dan norak, lagi-lagi itu sering ia terima dari para komentator yang mulia, namun ia tak pernah hiraukan orang berbicara, yang ia tahu merasa terpanggil atas kegiatan bocah-bocah kampung yang mengisi waktu magrib dengan nonton tv, hura-hura, mantengin hp, main-main yang tak jelas, hingga berdampak oada psikologis anak. dengan digantikan nya kegiatan tersebut menjadi masyarakat magrib mengaji, setidaknya dapat meminimalisir aspek-aspek negatif terhadap lingkungan sekitar.
ia berbekal ilmu yang pernah didapat dari pesantren, ditularkan kepada bocah-bocah kampung, hal yang ia ajarkan adalah tak jauh dari sosok pribadinya dikombinasikan dengan ilmu yang ia dapat dari pesantren, seperti akhlaq, saling hormati sesaam, bakti orangtua, tidak berkata kasar, jangan jadi anak yang minder, tetap semangat menjalani hidup mesti dalam kondisi serba keterbatasan. motivasi seperti itu yang sering ia berikan pada bocah-bocah.
ia tak mau menerima subsidi listrik dari bocah-bocah, ia tau persis kondisi penghasilan dari kebanyakan para orangtuanya, meski listriknya mengalami lonjakan dahsyat tagihan bulanan sejak 2017, namun ia berharap agar selalu diberikan kemampuan untuk lancar bayar.
hobi tersebut ia jalani sejak awal tahun 2014 hingga sekarang. jumlah yang pada waktu itu hanya 2 orang, namun seiring waktu menjadi 50 an orang, dengan kondisi pasang surut, dibantu 3 pengajar lainnya, ia bukan sosok ustadz apalagi kiyai, bukan tokoh masyarakat hanyalah seorang biasa namun punya hobi menurut penulis adalah luar biasa. mungkin kata luar biasa dimetamorfosa menjadi lebay dan norak dengan alasan ia lebih nyaman dikomentari atau dinyinyirin lebay dan norak ketimbang dipuji setinggi planet Neptunus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H