Lihat ke Halaman Asli

Kunjungi Museum dengan Geliga, ''Museumkan'' Pegalmu

Diperbarui: 8 Januari 2018   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Liburan dengan berdiam diri di rumah membuat saya jenuh. Detik demi detik terasa berjalan melambat. Melihat dinding yang sama setiap waktunya, bertempat di ruang yang sama setiap detiknya, ah sungguh membosankan. Sebenarnya saya benar-benar ingin menikmati liburan kali ini. Saya ingin menikmati bersantai bersama keluarga di tempat selain rumah. Saya ingin seru-seruan bersama teman-teman di tempat selain kampus. Namun, apalah daya, saya harus mengakui tidak dapat melakukan itu karena pegal yang sangat luar biasa mendera. Rasa pegal akibat mengikuti kegiatan fisik beberapa hari lalu membuat saya melemah. Liburan yang saya dambakan dengan segala keseruannya terbuang sudah.

Pada pagi hari di tanggal 23 Desember 2017, saya menerima kabar bahwa UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang saya ikuti akan mengadakan kegiatan Fun Trip bertajuk "Belajar dari sejarah, museum di hatiku, aku duta museum". Saya sungguh tertarik untuk mengikutinya. Pasalnya, saya adalah 'anak bawang' di UKM tersebut, masih menjadi anggota baru yang  fresh from the oven, masih hangat dengan segala kepolosan (opo igi:v). Namun, saya terbelalak melihat tanggal kegiatannya. Hah? Besok? Bisakah saya mengikutinya dengan kondisi badan yang masih terasa pegal?

Saya mencoba berpikir dan mencari solusi agar badan saya dapat kembali segar bugar.

Pikiran saya melayang dan menangkap bayangan job yang selama ini saya kerjakan.

Jadi tukang urut / tukang pijit / tukang kerik.

Job yang so anti mainstream bagi kids jaman now seperti saya.

Ya, saya adalah tukang di rumah. Membantu mengembalikan kebugaran kedua orang tua dan nenek adalah tugas saya sehari-hari. Terkadang sepulang kuliah, saya harus mengerjakan 3 job sekaligus. Nenek dikerik. Ibu diurut dan dikerik. Bapak dipijit. Meskipun tidak dibayar (jangan sampai dibayar sih. Job saya tidak akan mampu membalas jasa-jasa mereka selama ini), saya senang melakukannya. 

Terdapat satu benda yang selalu saya temukan tiap kali melakukan pekerjaan saya. Balsem berwarna putih -- tutupnya berwarna biru -- tulisan merknya berwarna merah. Hayo tebak, balsem apakah itu ? Ya, betul. Balsem otot Geliga. Sebenarnya, balsem ini bukan hanya selalu saya temukan sih, tapi juga selalu digunakan untuk menghangatkan orang-orang yang telah memberikan saya kehangatan cinta dan kasih sayang.

Jadi, saya mau bercerita tentang peranan balsem yang satu ini dalam job saya. Check this out !

Nenek sering dikerik karena 2 hal. Hal pertama yaitu dadanya sering sakit, yang kedua ialah karena punggungnya sering gatal tanpa diketahui sebabnya. Setiap nenek akan dikerik, ia menyuguhkan sendok (alat makan yang dialihfungsikan oleh nenek menjadi alat kerik), minyak zaitun, dan balsem geliga. Geliga yang hot tersebut ternyata juga mampu meredakan gatal,lho. Tidak hanya itu, hangatnya geliga juga membuat nenek saya menjadi lebih fit.

Jika ada penghargaan orang yang paling sering masuk angin di rumah kami, maka saya yakin ibu memenangkan nominasi  penghargaan tersebut. Sebagai seorang ibu yang berkarir di rumah, beliau sangat akrab dengan air. Cuci baju, cuci piring, cuci ikan, cuci ayam, cuci beras adalah beberapa pekerjaan ibu di rumah. Kadang, saya membantunya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline